Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

664 Warga Sri Lanka Ditahan Aparat Setelah Status Darurat Nasional Tak Hentikan Demonstrasi

Kompas.com - 04/04/2022, 07:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOLOMBO, KOMPAS.com - Pasukan bersenjata di Sri Lanka menghadapi kerumunan yang memprotes krisis ekonomi yang memburuk, setelah pemblokiran media sosial gagal menghentikan demonstrasi anti-pemerintah pada Minggu 3/4/2022.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa memberlakukan keadaan darurat nasional pada Jumat (1/4/2022), sehari setelah massa berusaha menyerbu rumahnya di ibu kota, Kolombo, dan pembatasan pergerakan warga berlaku secara nasional hingga Senin (4/4/2022) pagi.

Al Jazeera melaporkan tetapi hanya dalam 12 jam pertama aturan ditetapkan, sekitar 664 orang telah ditahan karena melanggar aturan tersebut.

Sementara tindakan keras aparat terjadi di Peradeniya, dengan protes tersebar di seluruh negeri sepanjang hari, termasuk di ibu kota, Kolombo.

Baca juga: Sri Lanka Blokir Facebook, WhatsApp, dan Platform Sejenis, Apa Sebab?

Samagi Jana Balawegaya (SJB), aliansi oposisi utama Sri Lanka, mengecam pemblokiran media sosial yang bertujuan untuk memadamkan demonstrasi publik yang semakin intensif. Dia pun mengatakan sudah waktunya bagi pemerintah untuk mengundurkan diri.

“Presiden Rajapaksa lebih baik menyadari bahwa gelombang (protes) telah mengubah pemerintahan otokratisnya,” kata anggota parlemen SJB Harsha de Silva kepada AFP.

Jalan itu dibarikade beberapa ratus meter dari rumah pemimpin oposisi utama, Sajith Premadasa. Massa terlibat dalam ketegangan dengan pasukan keamanan selama hampir dua jam sebelum bubar dengan damai.

Pasukan bersenjatakan senapan serbu bergerak menghentikan protes oleh anggota parlemen oposisi, dan ratusan pendukung mereka yang berusaha berkumpul di Lapangan Kemerdekaan ibu kota.

Polisi juga menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran yang dipimpin mahasiswa di dekat kota terbesar kedua di negara itu, Kandy, di tengah meningkatnya seruan agar Presiden Gotabaya Rajapaksa mundur.

Baca juga: Sri Lanka Lockdown Nasional 36 Jam Menyusul Rencana Protes Besar karena Parahnya Krisis

Eran Wickramaratne, anggota parlemen SLB lainnya, mengutuk deklarasi keadaan darurat nasional, dan kehadiran pasukan di jalan-jalan kota.

“Kami tidak bisa membiarkan pengambilalihan militer. Mereka harus tahu kita masih demokrasi,” katanya dilansir dari Guardian.

Sensor informasi

Penyedia layanan internet diperintahkan untuk memblokir akses ke Facebook, WhatsApp, Twitter dan beberapa platform media sosial lainnya. Tetapi pemblokiran media sosial tidak menghalangi beberapa demonstrasi kecil di tempat lain di Sri Lanka.

Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan mahasiswa di pusat kota Peradeniya. Protes di bagian lain negara itu berakhir tanpa insiden.

Outlet media swasta melaporkan bahwa Kepala Regulator Internet Sri Lanka mengundurkan diri setelah perintah larangan mulai berlaku.

Pemadaman itu dibatalkan di kemudian hari setelah komisi hak asasi manusia negara itu memutuskan bahwa Kementerian Pertahanan Sri Lanka tidak memiliki kekuatan untuk memaksakan sensor.

Protes mahasiswa Sri Lanka memblokir jalan raya menuntut pemerintah mundur selama jam malam di Kolombo, Sri Lanka, Minggu, 3 April 2022.AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA Protes mahasiswa Sri Lanka memblokir jalan raya menuntut pemerintah mundur selama jam malam di Kolombo, Sri Lanka, Minggu, 3 April 2022.

Baca juga: Gelombang Protes Pecah di Seluruh Negeri, Sri Lanka Umumkan Kondisi Darurat Nasional

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com