KYIV, KOMPAS.com - Dalam deklarasi perangnya melawan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin berpendapat perlunya demiliterisasi dan "de-nazifikasi" Ukraina.
Mengingat negara tersebut memiliki presiden Yahudi, klaim tersebut tampaknya tidak berdasar dan hanya alat propaganda untuk mendapatkan dukungan di negara yang sejarah modernnya berakar pada kemenangan atas Nazi dalam apa yang disebut "Perang Patriotik Hebat".
Kata-kata Putin memang disebut hanya propaganda, tapi Ukraina memang memiliki hubungan yang bermasalah dengan nazisme, dulu dan sekarang.
Baca juga: Pertahanan Udara Ukraina Cukup Ampuh Lawan Jet-jet Tempur Modern Rusia
Dilansir laman AS.com, banyak pahlawan Ukraina modern berkolaborasi dengan Nazi melawan Uni Soviet.
Ideologi ini disebut masih memiliki akar yang tertanam dalam unit-unit tempur yang didanai dan diperlengkapi oleh Barat.
Karena itu, perlu ada penilaian jujur tentang bahaya yang ditimbulkan Neo-Nazisme Ukraina, terutama untuk negara yang akan dibanjiri persenjataan setelah perang berakhir.
Sebelum tahun 1991, Ukraina belum menjadi negara dalam bentuk persatuan selama hampir 700 tahun.
Pada saat pembentukan kesadaran nasional dan gagasan negara-bangsa, Ukraina masih berada di bawah kendali asing, tetapi peluang muncul selama kedua Perang Dunia.
Musim Panas 1941, Jerman baru saja menginvasi Uni Soviet selama Perang Dunia Kedua, dan nasionalis Ukraina melihat kesempatan untuk akhirnya melepaskan diri dari kendali Rusia.
Baca juga: Rusia Dianggap Remehkan Perlawanan Ukraina
Untuk melakukannya, mereka bekerja sama dengan Jerman lewat Organisasi Nasionalis Ukraina (OUN-B), yang dipimpin Stepan Bandera.
Warisan Bandera memecah belah, dan dia disukai sama seperti dia tidak disukai di dalam negeri. Namun, bagi ultranasionalis Ukraina, dia adalah pahlawan.
Perlu dicatat bahwa sebagian besar orang Ukraina bertempur dengan Tentara Merah melawan Nazi Jerman, hingga akhirnya mengalahkan mereka pada tahun 1945.
Baca juga: Ukraina Geram PBB Dilaporkan Sensor Kata “Perang” dan “Invasi” Terkait Serangan Rusia
Masa lalu ini mengarah ke 2014, ketika Rusia menduduki Crimea, semenanjung selatan Ukraina yang besar.
Dua wilayah separatis, yang didukung oleh Rusia, memberontak melawan Ukraina dan Angkatan Darat Ukraina membentuk pasukan paramiliter baru untuk mempertahankan tanah tersebut. Salah satunya adalah batalion Azov.
Kelompok tersebut sangat mendukung keyakinan sayap kanan, dan mengambil banyak citra mereka dari lencana SS Nazi dari Perang Dunia Kedua.