“Tuduhan terhadap Irak yang memiliki senjata pembunuh massal, kita tahu bagaimana itu berakhir,” ujarnya, kemudian menyinggung upaya penyelesaian konflik lainnya yang diusung AS, seperti dalam kasus Yugoslavia yang di bom NATO, Libia, Irak, Afghanistan, Syria, Vietnam.
“Jadi dapat dilihat kami memiliki cara yang berbeda dalam menyelesaikan ‘bisnis’ dibanding dengan teman-teman di AS.”
Dubes Rusia mempertanyakan kebenaran gambar-gambar satelit yang beredar. Pasukan Rusia menurutnya berada jauh dari perbatasan Ukraina, tidak seperti yang kebanyakan media barat sampaikan.
Baca juga: Situasi Makin Tegang, Pemberontak Pro-Rusia Vs Tentara Ukraina Saling Tuduh Menembak
Sedang terkait tuduhan serangan Siber kepada Ukraina, dia mengatakan tidak ada bukti serangan siber pada bank ukraine dan kementerian pertahanan ukraina dan bagaimana sumber serangan bisa datang dari Rusia.
Menanggapi perhatian Barat soal isu Krimea, Dubes Rusia menegaskan menegaskan bahwa Krimea tidak akan kembali ke Ukraina.
Rusia menilai apa yang terjadi pada 2014 merupakan keinginan dari masyarakat di wilayah itu, mengutip hasil referendum yang menunjukkan bahwa ada 90 persen lebih warga Krimea yang memilih untuk bergabung dengan Rusia.
”Rusia tidak ingin perang kami mendukung negosiasi dan konsultasi menyoal jaminan keamanan negara kami.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.