Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar Belakang Kudeta Militer Burkina Faso dan Penahanan Presiden Roch Kabore

Kompas.com - 25/01/2022, 21:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

OUAGADOUGOU, KOMPAS.com - Kudeta militer Burkina Faso merupakan penggulingan pemerintahan keempat di negara kawasan Afrika Barat dalam 17 bulan terakhir.

Negara tetangga Mali telah mengalami dua intervensi militer dalam periode tersebut. Penyebabnya antara lain adalah kekhawatiran atas ketidakmampuan pemerintah menangani kekerasan militan yang berkembang.

Meski tetap meresahkan, CNN mewartakan bahwa penggulingan Presiden Roch Kabore sejatinya tidak mengejutkan.

Baca juga: Militer Burkina Faso Klaim Telah Gulingkan Presiden Roch Kabore

Parahnya ancaman kelompok ekstrimis

Seperti di Mali, pemecatan Kabore dipicu oleh meningkatnya ketidakpuasan di antara pasukan keamanan.

Pihak militer menudingnya gagal memberikan dukungan yang memadai agar mereka dapat melawan kelompok militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kelompok ISIS.

Pada Minggu (23/1/2022), pemberontakan dilaporkan terjadi di beberapa kamp militer, di ibu kota, Ouagadougou, dan kota utara Kaya dan Ouahigouya. Kerusuhan terjadi setelah berbulan-bulan protes anti-pemerintah yang menuntut pengunduran diri presiden.

Serangan militan dimulai pada 2015, lebih dari 2.000 tewas dan 1,5 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, menurut perkiraan PBB. 

Kepercayaan publik terhadap manajemen presiden atas krisis keamanan turun tajam, setelah serangan di desa utara Solhan pada Juni 2021. Lebih dari 100 orang tewas dalam serangan itu, yang diduga dilakukan oleh gerilyawan yang menyeberang dari Mali.

Serangan ke Solhan memicu protes oposisi di ibu kota. Kabore akhirnya terpaksa merombak pemerintaham dan mengangkat dirinya sendiri sebagai menteri pertahanan.

Baca juga: Tembakan di Dekat Kediaman Presiden Burkina Faso, Dugaan Kudeta Makin Kuat

Kemarahan terhadap pemerintah meningkat usai serangan lain terjadi di pangkalan militer Inata utara pada November 2021. Lebih dari 50 anggota pasukan keamanan tewas.

Pangkalan itu dilaporkan telah mengirim pesan darurat, yang meminta jatah makanan dan peralatan tambahan dua minggu sebelum serangan. Tapi bantuan tidak pernah tiba.

Presiden akhirnya membubarkan pemerintahan, serta menunjuk perdana menteri dan menteri pertahanan baru menjelang pembicaraan rekonsiliasi nasional dengan oposisi.

Seorang pria memegang potret Letnan Kolonel Paul Henri Sandaogo Damiba yang telah mengambil alih kendali negara di Ouagadougou Selasa 25 Januari 2022.AP PHOTO/SOPHIE GARCIA Seorang pria memegang potret Letnan Kolonel Paul Henri Sandaogo Damiba yang telah mengambil alih kendali negara di Ouagadougou Selasa 25 Januari 2022.

Penyebaran kekerasan militan 

Terlepas dari ketidakstabilan keamanan dan politik kawasan Afrika Barat, Burkina Faso menikmati stabilitas yang rapuh. Tapi kondisi itu buyar setelah pemberontakan rakyat 2014, untuk menggulingkan mantan Presiden Blaise Compaore yang sudah lama menjabat.

Upaya kudeta pada 2015 selanjutnya membuat militer Burkina Faso terpecah. Kabore pertama kali terpilih tahun itu dengan janji akan menyatukan negara.

Namun, militan dari negara tetangga Mali melakukan serangan di ibu kota Burkina Faso, saat Kabore bersiap mengambil alih.

Baca juga: Kelompok Ekstremis Bantai 41 Milisi Sipil di Burkina Faso

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com