Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Rusia Menginvasi Ukraina, Siap-siap Harga Migas Melambung

Kompas.com - 23/01/2022, 16:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com – Harga minyak bumi telah melonjak dalam beberapa hari terakhir. Dan apabila Rusia benar-benar menginvasi Ukraina, harga minyak bumi akan melambung lebih tinggi.

Itu karena Rusia adalah produsen minyak nomor dua di planet bumi, tepat di belakang Amerika Serikat (AS).

Di sisi lain, Ukraina adalah pusat transit penting bagi energi, di mana sejumlah besar ekspor gas bumi Rusia ke Eropa mengalir.

Baca juga: Inggris Tuduh Kremlin Coba Menaruh Pemimpin Pro-Rusia di Ukraina

Direktur Energi Berjangka di Mizuho Securities Robert Yawger mengatakan, harga minyak bumi bisa menembus 100 dollar AS per barel.

“Itu akan menjadi inflasi dengan tanda seru,” kata Yawger memperingatkan sebagaimana dilansir CNN, Sabtu (22/1/2022).

Selain minyak bumi, Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan, konflik antara Rusia dan Ukraina juga akan mengerek harga gas.

Baca juga: AS Perintahkan Keluarga Personel Kedutaan Besar Keluar dari Ukraina Segera

“Peristiwa geopolitik yang begitu besar akan berimplikasi besar pada harga gas, jika tidak mengarah pada gejolak,” kata Birol kepada Julia Chatterley dari CNN.

Masih belum diketahui seberapa tinggi harga migas akan naik akibat invasi Rusia ke Ukraina. Namun, harga minyak mentah 100 dollar AS per barel sudah akan pasti akan tertembus.

Sementara itu, Wakil Presiden Analisis Senior di Rystad Energy Claudio Galimberti menuturkan, jika Rusia menyerang Ukraina, semua hal tidak akan bisa terkontrol.

Baca juga: Prediksi Serangan Rusia ke Ukraina, dari Siber hingga Invasi Besar

Tidak menggertak

Kapal perang NATO berada dalam formasi pertempuran dalam latihan gabungan Sea Breeze 2021 di Laut Hitam, Jumat (9/7/2021). Ukraina dan NATO telah melakukan latihan di Laut Hitam yang melibatkan puluhan kapal perang selama dua pekan menyusul konfrontasi antara pasukan militer Rusia dan kapal perusak Inggris di lepas pantai Criema bulan lalu.AP PHOTO/EFREM LUKATSKY Kapal perang NATO berada dalam formasi pertempuran dalam latihan gabungan Sea Breeze 2021 di Laut Hitam, Jumat (9/7/2021). Ukraina dan NATO telah melakukan latihan di Laut Hitam yang melibatkan puluhan kapal perang selama dua pekan menyusul konfrontasi antara pasukan militer Rusia dan kapal perusak Inggris di lepas pantai Criema bulan lalu.

Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets Helima Croft mengatakan, pasar saat ini sebenarnya sangat lamban merespons invasi.

“(Presiden Rusia Vladimir )Putin sebenarnya bukan seorang yang suka menggertak. Dia dikenal suka mendukung kata-kata dengan tindakan,” kata Croft.

Di sisi lain, Gedung Putih sedang berbicara dengan beberapa perusahaan energi dan sejumlah negara.

Situasi itu menggarisbawahi situasi sulit yang dihadapi Gedung Putih, baik secara ekonomi, politik, dan tentu saja dari keamanan nasional.

Inflasi sudah menjadi masalah politik dan ekonomi utama bagi AS Presiden Joe Biden. Kenaikan harga BBM baru-baru ini bakal memperburuk inflasi.

Baca juga: Enggan Suplai Senjata untuk Lawan Rusia, Jerman Akan Kirim RS Lapangan ke Ukraina

Dan harga minyak bumi yang menembus 100 dollar AS per barel akibat konflik Rusia-Ukraina akan membuatnya lebih buruk.

“Apa pun yang kami putuskan adalah jalan yang tepat untuk kepentingan dan keamanan kolektif kami,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS kepada CNN.

“Kami siap untuk memberikan biaya besar bagi ekonomi Rusia termasuk sistem keuangannya dan sektor-sektor yang dianggap penting bagi perekonomian Rusia,” sambungnya.

Pasokan minyak Rusia ke AS sebenarnya relatif sedikit, hanya 200.000 barel per hari pada Oktober. Itu hanya 3 persen dari total impor minyak AS sebesar 6 juta barel.

Namun, minyak mentah adalah komoditas yang diperdagangkan secara global. Kejutan harga minyak di satu wilayah saja akan terasa di mana-mana.

Baca juga: Dialog AS-Rusia soal Ukraina Kembali Buntu, tapi Sepakat Redakan Ketegangan

Harga gas bumi juga bisa melonjak

Penggunaan gas alam yang dilasurkan melalui jaringan pipa Nordstream.NORD STREAM Penggunaan gas alam yang dilasurkan melalui jaringan pipa Nordstream.

Jika konflik antara Rusia dan Ukraina berubah menjadi pertempuran skala besar, Eropa akan menjadi benua yang paling parah terdampak kenaikan harga gas bumi.

Pasalnya, Eropa sangat bergantung gas bumi dari Rusia. Biaya pemanasan di Eropa saja sudah meroket pada musim gugur tahun lalu karena harga gas bumi berjangka melonjak.

Jerman memperingatkan akan mempertimbangkan untuk menghentikan proyek pipa gas bumi Nord Stream 2 jika Rusia menyerang Ukraina.

Nord Stream 2 merupakan megaproyek pipa gas bumi dari Rusia ke Jerman, lalu didistribusikan ke negara-negara Eropa.

Baca juga: Ukraina Tuding Rusia Tingkatkan Senjata, Amunisi, dan Peralatan Militer di Perbatasan

Jika proyek Nord Stream 2 dihentikan, pasokan gas bumi dari Rusia ke Eropa sudah pasti akan terhambat.

Bukan hanya itu, lonjakan harga gas bumi di luar negeri juga memiliki efek riak yang signifikan.

Itu karena harga gas alam yang sangat tinggi akan memaksa beberapa pembangkit listrik dan pabrik di Eropa serta Asia untuk beralih dari gas ke minyak.

Dengan kata lain, permintaan akan minyak akan meningkat pula.

Baca juga: PBB Peringatkan Rusia untuk Tidak Menginvasi Ukraina

Energi sebagai senjata

Ilustrasi minyak bumiShutterstock Ilustrasi minyak bumi

Konflik militer Rusia dan Ukraina juga akan mengancam infrastruktur energi di kawasan. Meski jaringan pipa dan kilang masih aman, Rusia bisa secara sepihak memangkas pasokan gas buminya, atau bahkan minyak mentah.

“Rusia dapat menggunakan ekspor energi sebagai senjatanya, untuk membuat semua orang merasakan sakit,” kata Croft.

“Banyak orang percaya Rusia akan merespons dengan menahan pasokan, untuk membuat kami membayar harga (energi) dengan mahal,” sambungnya.

Dan kemudian ada risiko bahwa Gedung Putih menanggapi invasi dengan menjatuhkan sanksi pada minyak dan gas alam Rusia.

Biden pada Rabu memperingatkan untuk memberikan sanksi ekonomi yang berat Rusia jika Putin menginvasi Ukraina.

Biden mencatat bahwa perekonomian Rusia masih sangat bergantung pada ekspor migas. Namun, Biden tidak mengancam untuk menjatuhkan sanksi energi.

Baca juga: Ukraina Sebut Agresi Rusia Nyata, Berharap Utamakan Diplomasi Damai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com