Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekaman Rahasia Ungkap Kepanikan Diktator Tunisia Sebelum Ditumbangkan Arab Spring

Kompas.com - 21/01/2022, 20:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Rekaman rahasia mengungkap percakapan mantan diktator Tunisia, Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, dengan sejumlah orang dan bagaimana paniknya pria itu sebelum dia digulingkan.

BBC telah memperoleh rekaman audio yang diyakini rangkaian panggilan telepon Ben Ali saat terbang ke luar negeri pada 2011.

Saat-saat terakhir ini menunjukkan bagaimana pemerintahannya runtuh, mengakhiri kediktatorannya selama 23 tahun dan memicu gelombang demonstrasi di negara-negara Arab oleh gerakan pro-demokrasi di kawasan itu.

Baca juga: Satu Lagi Warga Tunisia Tewas Bakar Diri ala Bouazizi di Arab Spring

Gelombang itu, yang kemudian menumbangkan sejumlah pemimpin, diistilahkan sebagai Musim Semi Arab atau Arab Spring.

Rekaman tersebut - yang diperoleh BBC News Arabic Documentaries - telah dianalisis secara forensik oleh sejumlah ahli audio yang tidak menemukan bukti adanya gangguan atau manipulasi.

Ben Ali tidak bisa mengonfirmasi atau membantah tentang keaslian rekaman itu karena yang bersangkutan meninggal di pengasingan pada 2019.

Tetapi BBC telah memperdengarkan rekaman ini kepada orang-orang yang mengenal individu-individu terkait, dan mereka percaya suara-suara itu asli, yang semakin mendukung keaslian rekaman tersebut.

Namun, beberapa orang yang bersangkutan membantah keras kebenaran rekaman itu.

Baca juga: Aktivis Arab Spring Tewas Bakar Diri dalam Protes ke Pemerintah Tunisia

Jika asli, rekaman tersebut memberikan wawasan yang luar biasa tentang perubahan suasana hati Ben Ali dalam 48 jam terakhir sebelum rezimnya digulingkan, saat ia perlahan mulai memahami dampak sebenarnya dari gelombang protes yang mengguncang Tunisia.

Rekaman-rekaman itu, yang sejumlah kutipannya disertakan di bawah ini, dimulai pada malam hari 13 Januari 2011.

Rekaman pertama adalah panggilan telepon ke orang dekatnya, yang diyakini adalah Tarak Ben Ammar, seorang taipan media yang sukses dan dikenal karena mendorong sutradara George Lucas untuk membuat film Star Wars pertama di Tunisia.

Sebelumnya, pada hari itu, Ben Ali telah berpidato di televisi kepada rakyatnya, dalam upaya meredam demonstrasi massa.

Ketidakpuasan rakyat yang meluas akibat kesulitan ekonomi dan pemerintahan tangan besi yang sarat korupsi di Tunisia telah meletus beberapa minggu sebelumnya.

Baca juga: [Cerita Dunia] 10 Tahun Arab Spring, Mengenang Mohamed Bouazizi

Ini terjadi setelah seorang pemuda yang jadi pedagang kaki lima, Mohamed Bouazizi, membakar diri setelah dilarang berjualan oleh aparat setempat di Kota Sidi Bouzid.

Pada 13 Januari 2011, sekitar 100 orang tewas dalam rangkaian aksi protes, yang akhirnya membanjiri jalan-jalan ibu kota.

Tapi Ben Ali saat itu terdengar tetap tenang ketika Ben Ammar muncul untuk memberi pujian.

"Kamu luar biasa, ini Ben Ali yang kami tunggu-tunggu!" kata Ben Ammar dalam rekaman itu.

Ben Ali kemudian bersikap merendah, mengatakan pidatonya kurang lancar, tetapi orang kepercayaannya itu bisa meyakinkannya.

"Sama sekali tidak... Ini adalah kebangkitan bersejarah. Anda adalah pemimpin rakyat, berbicara dalam bahasa mereka," kata temannya.

Baca juga: Ledakan di Beirut, Apakah Akan Picu Gejolak Arab Spring?

Ben Ali lalu tertawa, terdengar seperti merasa lega. Tapi pidatonya yang dibuat untuk publik Tunisia itu jelas tidak cukup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com