Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Tetangga Diminta Bersiap Hadapi Kemungkinan “Runtuhnya Demokrasi AS”

Kompas.com - 04/01/2022, 18:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

OTTAWA, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) bisa berada di bawah diktator sayap kanan pada 2030, menurut seorang profesor ilmu politik Kanada. Dia pun mendesak negara tetangga melindungi diri dari “runtuhnya demokrasi Amerika”.

“Kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan ini hanya karena kelihatannya menggelikan atau terlalu mengerikan untuk dibayangkan,” kata Thomas Homer-Dixon, direktur pendiri Cascade Institute di Royal Roads University di British Columbia, dalam tulisannya di Globe and Mail.

“Pada 2014, ide bahwa Donald Trump akan menjadi presiden juga mengejutkan hampir semua orang dan dinilai sebagai hal yang tidak masuk akal. Tetapi hari ini kita hidup di dunia di mana hal-hal yang absurd secara teratur menjadi nyata dan yang mengerikan menjadi biasa.”

Baca juga: Mayoritas Warga AS Sebut Trump Bertanggung Jawab atas Kerusuhan Capitol

Homer-Dixon secara blak-blakan memperingatkan bahwa pada 2025, demokrasi AS dapat runtuh. Kondisi itu bisa menyebabkan ketidakstabilan politik domestik yang ekstrem, termasuk kekerasan sipil yang luas.

“Pada 2030, jika tidak lebih cepat, negara itu (AS) dapat diatur oleh kediktatoran sayap kanan,” ujarnya melansir Guardian pada Senin (3/1/2022).

Profesor Kanada itu mengaitkan kemungkinan tersebut pada rencana kembalinya Trump ke Gedung Putih pada 2024.

Termasuk kemungkinan legislatif negara bagian yang dipegang Partai Republik, kembali menolak untuk menerima kemenangan Demokrat.

Homer-Dixon memperingatkan bahwa Trump “hanya akan memiliki dua tujuan, pembenaran dan pembalasan” soal kebohongan bahwa kekalahannya pada 2020 oleh Joe Biden adalah hasil dari kecurangan pemilu.

Sarjana konflik kekerasan selama lebih dari empat dekade ini juga mengatakan agar Kanada harus memperhatikan "krisis yang sedang berlangsung".

Pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Mereka menolak ratifikasi kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020. Setidaknya lima orang tewas dalam insiden yang kemudian dikenal sebagai Capitol Riot alias Kerusuhan Gedung Capitol. GETTY IMAGES NORTH AMERICA VIA AFP/BRENT STIRTON Pendukung Donald Trump menyerbu Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Mereka menolak ratifikasi kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020. Setidaknya lima orang tewas dalam insiden yang kemudian dikenal sebagai Capitol Riot alias Kerusuhan Gedung Capitol.

Baca juga: Sebut Demokrasi sebagai Tantangan Keamanan Nasional AS, Wapres AS Beri Klarifikasi

“Badai yang mengerikan datang dari selatan, dan Kanada sangat tidak siap. Selama setahun terakhir kami telah mengalihkan perhatian kami ke dalam, terganggu oleh tantangan Covid-19, rekonsiliasi, dan efek percepatan perubahan iklim,” ujarnya.

Menurutnya, sekarang negara tetangga AS itu harus fokus pada masalah mendesak. Yakni tentang apa yang harus dilakukan soal kemungkinan terkoyaknya demokrasi AS.

“Kita harus mulai dengan sepenuhnya menyadari besarnya bahaya. Jika Trump terpilih kembali, bahkan di bawah skenario yang lebih optimis, risiko ekonomi dan politik bagi negara kita (Kanada) akan tak terhitung banyaknya.”

Homer-Dixon bahkan memprediksi skenario di mana pemerintahan Trump yang baru, akan secara efektif meniadakan oposisi internal, dengan sengaja merusak tetangga utaranya.

Baca juga: China Sebut Demokrasi AS sebagai Senjata Pemusnah Massal

Di bawah skenario yang kurang optimis, menurutnya negara tetangga berisiko merasakan dampak kumulatif yang dengan mudah menjadi eksistensial di dalam negerinya. Ancaman itu dinilai bisa berdampak jauh lebih besar daripada apa pun, dalam sejarah federasi Kanada.

“Apa yang terjadi, misalnya, jika pengungsi politik terkenal yang melarikan diri dari penganiayaan tiba di negara kita (Kanada), dan rezim AS menuntut mereka kembali. Apakah kita mematuhinya?”

Menurutnya, Trump, sejumlah penasihatnya, pengikutnya seperti Tucker Carlson dari Fox (News), dan perwakilan Georgia Marjorie Taylor Greene, telah mengubah partai Republik AS “menjadi kultus kepribadian yang hampir fasis yang merupakan instrumen sempurna untuk menghancurkan demokrasi".

Lebih buruk lagi, kata dia, Trump "mungkin hanya babak pemanasan".

Jika "Kembali ke pemerintahan, dia akan menjadi bola penghancur yang menghancurkan demokrasi, tetapi prosesnya akan menghasilkan kekacauan politik dan sosial," kata Homer-Dixon.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com