Akan tetapi, Putin bereaksi keras.
Dia "menekankan bahwa itu akan menjadi kesalahan yang akan nenek moyang kita (AS-Rusia) lihat sebagai kesalahan besar. Banyak kesalahan telah dibuat selama 30 tahun terakhir, dan lebih baik kita menghindari lebih banyak kesalahan seperti itu dalam situasi ini," kata Ushakov.
Tuntutan Rusia akan dibahas selama pembicaraan di Jenewa, tetapi masih belum jelas apa, jika ada, yang akan ditawarkan Biden kepada Putin sebagai imbalan untuk meredakan krisis.
Rancangan dokumen keamanan Moskwa mengajukan permintaan agar NATO menolak keanggotaan di Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya, dan menghentikan penempatan militer di Eropa Tengah dan Timur.
Baca juga: Mengamuk dan Rusak Sejumlah Fasilitas akibat Depresi, WN Ukraina Dikirim ke RS Jiwa Bangli
AS dan sekutunya telah menolak untuk menawarkan Rusia jenis jaminan di Ukraina seperti yang diinginkan Putin, dengan alasan prinsip NATO bahwa keanggotaan terbuka untuk negara mana pun yang memenuhi syarat.
Meski begitu, mereka sepakat untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk membahas keprihatinannya.
Proposal keamanan oleh Moskwa telah menimbulkan pertanyaan apakah Putin membuat tuntutan yang tidak realistis, dengan harapan penolakan Barat yang akan memberinya dalih untuk menyerang.
Steven Pifer, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Ukraina dalam pemerintahan Clinton, mengatakan pemerintahan Biden dapat terlibat dalam beberapa elemen rancangan dokumen Rusia jika Moskwa serius berdialog.
Baca juga: AS dan Rusia Siap Berdialog Bahas Ukraina dan Keamanan Eropa pada 10 Januari 2022
Sementara itu, anggota kunci NATO telah menjelaskan bahwa tidak ada keinginan untuk memperluas aliansi dalam waktu dekat.
AS dan sekutunya juga dapat menerima bahasa dalam rancangan dokumen Rusia yang menyerukan pembentukan mekanisme konsultatif baru, seperti Dewan NATO-Rusia dan hotline antara NATO dan Rusia.
“Draf larangan yang diusulkan perjanjian pada setiap aktivitas militer NATO di Ukraina, Eropa Timur, Kaukasus, atau Asia Tengah adalah melampaui batas. Tetapi beberapa langkah untuk membatasi latihan dan kegiatan militer secara timbal balik mungkin dilakukan,” Pifer, yang sekarang seorang rekan senior di Brookings Institution, menulis dalam sebuah analisis untuk Think Tank Washington.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.