Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Bayi-bayi Afghanistan, Hidup Kelaparan dalam Krisis Tanpa Perawatan Layak

Kompas.com - 09/12/2021, 08:58 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Para dokter dari daerah terpencil juga melaporkan bahwa mereka kehabisan persediaan obat-obatan dasar. Bahkan, obat dasar seperti parasetamol pun tidak tersedia untuk pasien dengan sakit parah yang telah menempuh 12 jam perjalanan demi berobat.

Di ibu kota Kabul, sebuah rumah sakit anak yang cukup besar juga menghadapi kasus-kasus kelaparan terburuk di negara itu. Rumah sakit itu mengalami over kapasitas, dengan jumlah pasien yang mencapai 150 persen.

Direktur rumah sakit tersebut, Dr Siddiqi mengatakan telah terjadi lonjakan kematian pada September, setelah pendanaan terhenti.

Setiap pekan, hingga empat anak berusia di bawah 10 tahun meninggal dunia akibat kekurangan gizi dan keracunan makanan yang tidak layak konsumsi.

Baca juga: Laporan 100 Hari Pertama Setelah Taliban Berkuasa di Afghanistan

Menurut dokter Siddiqi, mereka yang masih berusia sangat muda harus ikut menanggung beban akibat krisis. Sebagian besar anak berusia di bawah lima tahun terlambat untuk diselamatkan.

"Anak-anak itu sudah sekarat sebelum akhirnya dirawat. Kita kehilangan banyak anak dari kasus-kasus seperti ini," kata dia.

Sementara itu, anak-anak yang bisa mendapat perawatan tepat waktu pun ditangani dengan sumber daya yang sangat terbatas. Rumah sakit juga kekurangan makanan, obat-obatan, bahkan kesulitan untuk menjaga pasien tetap hangat.

Tidak ada bahan bakar untuk menyalakan pemanas sentral, sehingga dokter Siddiqi meminta para staf mengumpulkan ranting pohon yang kering untuk menyalakan perapian.

"Ketika kami selesai mengumpulkan ranting-ranting itu, kami kemudian mengkhawatirkan bagaimana keadaan bulan depan dan apa yang harus kami lakukan berikutnya."

Baca juga: Taliban Keluarkan Aturan Baru: Wanita Afghanistan Haram Main Drama TV

Pemadaman listrik yang mengancam nyawa

Pemadaman listrik rutin telah berakibat fatal bagi pasien di bangsal bersalin tempat dokter Nuri bertugas. Beberapa bayi prematur meninggal karena inkubator tidak berfungsi.

"Sangat menyedihkan melihat bayi-bayi itu sekarat di depan mata sendiri."

Pemadaman listrik juga dapat berakibat fatal bagi pasien yang sedang menjalani operasi.

"Suatu hari listrik padam ketika kami sedang mengoperasi pasien. Semuanya berhenti. Saya berlari dan berteriak minta tolong. Seseorang membawa bahan bakar di mobil mereka dan memberikannya kepada kami sehingga kami bisa menyalakan generator."

Jadi setiap operasi dilaksanakan, "Saya meminta orang-orang untuk sigap. Rasanya sangat stres."

Para staf dan petugas kesehatan harus bekerja dengan situasi yang sangat menantang itu, padahal sebagian besar dari mereka tidak digaji.

Direktur rumah sakit khusus Covid-19 di Provinsi Herat, dokter Rahmani, sempat memperlihatkan kepada BBC sebuah surat dari Kementerian Kesehatan yang dipimpin Taliban tertanggal 30 Oktober.

Melalui surat itu, para staf diminta tetap bekerja meski tidak digaji sampai ada dana.

Baca juga: Taliban Mulai Bayar Gaji Pegawai Pemerintah Afghanistan yang Tertunggak

Pada Selasa, Dokter Rahmani mengkonfirmasi bahwa rumah sakitnya sekarang terpaksa tutup karena dana yang dijanjikan tidak cair.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Israel Perintahkan Evakuasi Warga dari Rafah Gaza Sebelum Serangan Terjadi

Global
Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Arab Saudi Naikkan Harga Minyak karena Prospek Gencatan Senjata Gaza Tampak Tipis

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com