China juga telah menguji rudal balistik antarbenua DF-41, yang dapat dimodifikasi untuk membawa kendaraan luncur konvensional atau nuklir.
AS tidak mau kalah dengan China, mengembangkan teknologi senjata hipersonik dengan menggelontorkan anggaran besar-besaran.
Pendanaan pembangunan meningkat sekitar 740 persen dalam 5 tahun sebelum 2020, dan diperkirakan berjumlah hampir 15 miliar dollar AS (Rp 215,3 triliun) antara 2015 dan 2024, tidak termasuk biaya produksi.
Angkatan Laut AS memimpin pengembangan kendaraan luncur untuk digunakan di seluruh cabang militer, sementara Angkatan Udara mengerjakan pesawat layang yang diluncurkan dari udara.
Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan pemerintah, dengan dukungan Angkatan Udara, sedang mengembangkan rudal jelajah hipersonik yang diluncurkan dari udara
Bersama dengan perlombaan kekuatan militer antarnegara dalam penggunaan senjata hipersonik, menimbulkan kekhawatiran atas eskalasi dari konvensional ke perang nuklir.
Baca juga: Soal Senjata Hipersonik, AS Tertinggal Bertahun-tahun di Belakang China
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.