Mengutip ABC News, senjata hipersonik memiliki potensi untuk menghindari perisai rudal dan sistem peringatan dini.
Baca juga: Tangkal Senjata Hipersonik, Pentagon Tujuk 3 Perusahaan Kembangkan Sistem Pertahanan Baru
Melansir Allthingsnuclear.org, istilah "senjata hipersonik" biasanya mengacu pada 2 kategori berbeda dari teknologi rudal, yaitu senjata luncur pendorong (boost-glide weapons) dan rudal jelajah hipersonik (hypersonic cruise missiles).
Kedua teknologi tersebut berbeda terutama dalam cara mereka menghasilkan daya dorong yang diperlukan untuk mendorong diri mereka sendiri ke target yang jauh.
Rudal luncur pendorong terdiri dari kendaraan peluncur yang dipasang di bagian depan pendorong roket, seperti yang meluncurkan pesawat ruang angkasa ke orbit.
Tidak seperti senjata boost-glide, rudal jelajah hipersonik membawa mesin mereka selama penerbangan.
Oleh karena itu, mesin ini harus relatif kecil dan ringan, membatasi kecepatan maksimum yang dapat dicapai oleh rudal ini.
Dengan demikian, rudal jelajah hipersonik dapat melaju hingga sekitar 10 kali kecepatan suara, jauh lebih lambat dari pada yang bisa dicapai oleh senjata boost-glide.
Mesin yang menggerakkan rudal jelajah hipersonik dikenal sebagai scramjet (ramjet pembakaran supersonik).
Baca juga: Jenderal Top AS Khawatir soal Senjata Hipersonik China
Sejauh ini, Rusia, China, dan AS, yang memiliki kemampuan paling canggih dalam perkembangan teknologi senjata hipersonik, seperti yang dilansir dari Bloomberg.
Rusia unggul dengan Avangard, kendaraan luncur yang diluncurkan dari rudal balistik antarbenua, dan dilaporkan bisa membawa hulu ledak nuklir.
Sumber berita Rusia mengklaim itu masuk ke tugas tempur pada Desember 2019.
Tsirkon adalah rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal yang dikatakan mampu menyerang target darat dan laut.
China telah dilaporkan melakukan 2 uji coba senjata hipersonik selama musim panas, termasuk peluncuran senjata hipersonik yang mengorbit ke luar angkasa yang mampu membawa muatan nuklir.
China membantah laporan uji coba tersebut, dengan mengatakan pihaknya hanya meluncurkan kendaraan luar angkasa.
Sebelumnya, China melakukan sejumlah tes sukses DF-17, rudal balistik jarak menengah yang dirancang untuk meluncurkan kendaraan luncur hipersonik.