Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara India Makin Parah, Taj Mahal Diselimuti Kabut Asap Berbahaya

Kompas.com - 18/11/2021, 07:48 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com - Di sekitar taman megah Taj Mahal, kualitas udara memburuk setiap musim dingin, menyelimuti bangunan putih itu dalam lapisan tebal kabut asap berbahaya.

Masalahnya juga terjadi di seluruh India utara. Pembakaran untuk musim pertanian bercampur dengan knalpot kendaraan dan emisi pabrik, membuat seisi kota diselimuti kabut kuning-abu-abu.

Namun, beberapa ratus orang yang memberanikan diri ke Taj Mahal pada Selasa (16/11/2021), meski jumlahnya turun dari 20.000 kunjungan setiap hari sebelum pandemi, tidak gentar.

Baca juga: Ibu Kota India Tutup Sekolah Seminggu karena Polusi Udara Semakin Berbahaya

"Kita semua tahu India dapat sedikit tercemar dan kualitas udaranya (bukan) yang terbaik," kata Lachlan Mazzer (33) warga Australia yang meluangkan waktu di akhir perjalanan bisnis untuk mengunjungi Taj Mahal sebelum kembali ke rumah.

"Tapi saya bahkan tidak pernah menganggap polusi sebagai alasan untuk tidak datang," lanjutnya dikutip dari AFP.

Hari-hari belakangan ini polusi udara di India makin parah, dengan konsentrasi partikel PM2.5 paling berbahaya mencapai hampir 160 mikrogram per meter kubik pada Senin (15/11/2021), menurut data pemerintah.

Angka tersebut lebih dari 10 kali lipat dari batas harian maksimum yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia.

"Dua hari yang lalu, polusinya sangat buruk sehingga saya tidak bisa melihat Taj Mahal dari jarak 10 meter," kata Shaman, salah satu penjaga bangunan itu, kepada AFP.

Menjelang fajar pada Selasa, salah satu Warisan Dunia itu sedikit lebih terlihat melalui kabut.

"Polusi ada di mana-mana, saya rasa," kata Shweta Gupta, yang mengunjungi Taj Mahal dari rumahnya di ibu kota New Delhi.

"Ketika Anda berada di kota-kota kecil (India), polusi lebih banyak di sana."

Baca juga: Polusi dan Kabut Asap Beracun Makin Mengerikan, Ibu Kota India Tutup Sekolah serta Perguruan Tinggi

Sektor wisata India menderita

Taj Mahal adalah simbol cinta abadi dan daya tarik wisata utama India, dibangun pada abad ke-17 oleh kaisar Mughal Shah Jahan untuk mengenang istri kesayangannya.

Namun, Taj Mahal ditutup sangat lama sejak Maret 2020 akibat pandemi Covid-19.

Protokol sanitasi yang ketat tetap diberlakukan di lokasi. Pengunjung dilarang menyentuh permukaan marmer Taj Mahal.

Pemandu wisata Nitin Singh mengatakan, dia dan rekan-rekannya tidak sabar menyambut wisatawan asing, dan mengatakan kepada AFP bahwa dia hampir tidak bekerja selama hampir dua tahun.

"Semua bisnis lain, semua orangnya sudah mulai bekerja, tetapi industri perhotelan masih sangat menderita," katanya. "Saya sangat berharap keadaan akan segera membaik."

Setelah penutupan 20 bulan karena pandemi, India pada Senin (15/11/2021) membuka kembali perbatasannya untuk pengunjung dari hampir 100 negara dengan pengaturan perjalanan bolak-balik.

Namun operator tur mengatakan, jumlah kunjungan masih sedikit, akibat harga tiket yang tinggi dan pembatasan yang masih berlaku di Inggris, China, dan tempat lain.

Baca juga: Menteri India Usul Klakson Kendaraan Berbunyi Suling atau Biola

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com