Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Spektakulernya Letusan Gunung Krakatau

Kompas.com - 03/11/2021, 14:32 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Krakatau, gunung berapi yang terletak di Pulau Rakata di Selat Sunda,antara Jawa dan Sumatra, Indonesia, pernah menjadi mimpi buruk.

Dilansir Britannica, letusan eksplosifnya pada tahun 1883 jadi salah satu yang paling dahsyat dalam sejarah.

Krakatau memang terletak di sepanjang pertemuan lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia.

Baca juga: Ini Kata Media Asing tentang Suara Dentuman Gunung Anak Krakatau Meletus

Ini adalah zona dimana aktivitas vulkanik dan seismik yang tinggi.

Suatu saat dalam satu juta tahun terakhir, gunung berapi itu membangun gunung berbentuk kerucut yang terdiri dari aliran batuan vulkanik yang berselang-seling dengan lapisan abu dan abu.

Satu-satunya letusan yang dikonfirmasi sebelum tahun 1883 adalah letusan level sedang pada tahun 1680.

Pada tanggal 20 Mei 1883, salah satu kerucut kembali aktif. Awan yang sarat abu mencapai ketinggian 6 mil.

Saat itu, ledakan terdengar di Batavia (Jakarta). Pada akhir Mei aktivitas tersebut mereda. Itu berlanjut pada 19 Juni dan menjadi paroksismal pada 26 Agustus.

Baca juga: Krakatau Masih Belum Mau Kawin dengan Madonna Pacar Barunya

Pada sekitar pukul 13.00 hari itu, ledakan pertama dari serangkaian ledakan yang semakin keras terjadi.

Pada pukul 14.00 awan abu hitam naik 17 mil di atas Krakatau.

Klimaks tercapai pada pukul 10.00 pada 27 Agustus, dengan ledakan dahsyat yang terdengar sejauh 2.200 mil di Australia dan mendorong abu hingga ketinggian 50 mil.

Gelombang tekanan di atmosfer terekam di sekitar Bumi. Ledakan berkurang sepanjang hari, dan pada pagi hari tanggal 28 Agustus, gunung berapi itu tenang.

Letusan kecil berlanjut pada bulan-bulan berikutnya dan pada Februari 1884.

Baca juga: 26 Agustus dalam Sejarah: Gunung Krakatau Meletus Hebat pada 1883

Letusan Krakatau melemparkan ke udara hampir 5 mil kubik pecahan batu dan sejumlah besar abu jatuh di area seluas sekitar 300.000 mil persegi.

Di dekat gunung berapi, massa batu apung mengambang begitu tebal dan bisa menghentikan kapal.

Daerah sekitarnya jatuh ke dalam kegelapan selama dua setengah hari karena abu di udara.

Debu halus melayang beberapa kali di sekitar Bumi, menyebabkan matahari terbenam merah dan oranye sepanjang tahun berikutnya.

Baca juga: Gunung Aso di Jepang Meletus, Warga Diminta Waspada Aliran Lava

Runtuhnya gunung berapi itu memicu serangkaian tsunami atau gelombang laut seismik, sejauh Amerika Selatan dan Hawaii.

Gelombang terbesar, yang mencapai ketinggian 120 kaki, merenggut sekitar 36.000 nyawa di kota-kota pesisir terdekat di Jawa dan Sumatra

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Kolombia Selangkah Lagi Larang Adu Banteng mulai 2027

Global
Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Hamas Tewaskan 1.189 Orang, Israel 36.096 Orang

Global
Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Taiwan Minta Dukungan Indonesia di Tengah Latihan Militer China

Global
Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Israel Mengelak Serangannya ke Rafah Sebabkan Kebakaran Mematikan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com