TEL AVIV, KOMPAS.com - Remaja perempuan Israel, Shahar Perets, dijebloskan ke penjara tiga kali karena menolak wajib militer.
Di Isarel, semua warga negara berusia 18 tahun, yang memeluk Yahudi, Druze atau yang berlatar belakang Kirkasia -- kelompok etnik dari kawasan Kauskasus barat laut -- wajib mengikuti wajib militer selama 2,5 tahun untuk laki-laki dan dua tahun untuk perempuan.
Perets menolak mengikuti wajib militer karena alasan ideologis.
Baca juga: Gunakan Kursi Roda, Menteri Energi Israel Tak Bisa Ikut COP26
"Saya memutuskan untuk menolak masuk (wajib) militer karena tak ingin menjadi bagian dari penindasan terhadap jutaan orang yang hidup di Tepi Barat dan Jalur Gaza," ungkap Perets.
Dia tidak setuju dengan pendudukan Israel terhadap wilayah-wilayah Palestina dan sikap ini didukung penuh oleh orang tuanya.
Bagi sebagian besar warga Israel, wajib militer dipandang sebagai bagian dari peneguhan identitas nasional.
Bahkan, banyak di antaranya sudah mengikuti latihan ala tentara sebelum mendaftarkan diri ke program wajib militer, seperti yang dilakukan antara lain oleh Ariel Weizmann.
"Saya ingin memberikan yang terbaik untuk militer, saya ingin menjadi tentara terbaik, ingin berjuang demi negara, ingin mempertahankan hak saya untuk hidup di sini (di Israel)," kata Weizmaan.
Baca juga: Iran Curiga Israel dan AS Pelaku Serangan Siber di Stasiun Bahan Bakar
Dia mengatakan sejak kecil dirinya memang sudah bercita-cita menjadi tentara.
"Saya ingin jadi prajurit tempur," kata Weizmann, remaja berusia 18 tahun yang akan mendaftar wajib militer tahun ini.
Dia mengakui menjalani latihan ala militer bukan hal yang mudah baginya.
"Saya bisa saja tinggal di rumah menikmati piza atau keluar bersama kawan-kawan, tapi lihat, saya di sini melakukan (latihan ala militer) ini," kata Weizmann.
Baca juga: Mengapa AS Terkesan Selalu Pro-Israel?
Tak sedikit warga Israel yang menolak wajib militer baik karena alasan medis, keluarga, maupun agama.
Namun biasanya, penolakan ini tidak diungkapkan secara terbuka, apalagi karena alasan ideologis seperti yang dilakukan Shahar Perets.
"Sebagian besar warga (Israel) tak berpikir jauh ketika ikut wajib militer, (mereka tak bertanya) mengapa mereka harus ikut program ini," kata Perets.