Ketegangan antara kedua pemimpin terlihat jelas setelah kesepakatan pengadaan kapal selam kedua negara dibatalkan, kemudian Australia membuat pakta pertahanan baru dengan Amerika Serikat dan Inggris soal kapal selam bertenaga nuklir .
"Kesepakatan AUKUS adalah berita yang sangat buruk bagi Perancis, tapi bukan hanya untuk Perancis, saya pikir ini juga jadi berita yang sangat buruk bagi kredibilitas Australia dan berita yang sangat buruk bagi mitra-mitra Australia lainnya terkait kepercayaan."
"Saya pikir ini merusak reputasi negara Anda dan Perdana Menteri Anda," ujar Presiden Macron.
PM Morrison bersikeras Presiden Perancis seharusnya sudah tahu jika pandangan Australia berubah, karena ia mengaku pernah mengangkat topik ini saat keduanya menggelar acara makan malam beberapa bulan sebelumnya.
"Saya sudah dengan jelas mengatakan apa yang diberikan Perancis kepada kami tidak akan memenuhi kepentingan strategis Australia," ujar PM Morrison.
Baca juga: Presiden Perancis: PM Australia Berbohong Soal Kesepakatan Kapal Selam
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin G20 juga telah mengesahkan agar ada pajak minimum bagi perusahaan.
Ini menjadi sebuah terobosan soal aturan pajak yang bertujuan untuk menghentikan perusahaan besar menghindari pajak saat mereka mendapat keuntungan banyak.
Sebelumnya pada bulan Oktober lalu, menteri keuangan dari 136 negara mencapai kesepakatan tentang pajak minimal bagi perusahaan global, termasuk raksasa teknologi seperti Google, Amazon, Facebook, Microsoft, dan Apple, agar mereka tidak menghindari pajak atau mendirikan perusahaan di kawasan yang pajaknya rendah.
Kesepakatan yang dicapai untuk besarnya pajak minimum perusahaan adalah 15 persen, meski awalnya Presiden Amerika Serikat Joe Bidden mendorong agar angka minimalnya adalah 21 persen.
Baca juga: COP26: Dunia Perlu Bertindak Sekarang Cegah Perubahan Iklim
Menurut pernyataan dan dokumen resmi, para pemimpin G20 setuju untuk mengakhiri pembiayaan publik untuk pembangkit listrik tenaga batu bara dari luar negara mereka, tetapi tidak menetapkan target untuk menghapus batu bara secara bertahap di dalam negara mereka.
Tidak disebutkan secara spesifik kapan tanggal pastinya pada tahun 2050 untuk mencapai target nol emisi karbon.
Namun, ada sejumlah hal yang dianggap sebagai tindakan nyata, yang menurut para pakar dan ilmuwan akan sangat penting untuk mencegah bencana akibat perubahan iklim.
"Kami menyadari dampak perubahan iklim (pada perubahan suhu dunia) 1,5 derajat Celsius jauh lebih rendah daripada pada 2 Celsius," demikian pernyataan dalam dokumen tersebut.
"(Untuk) menjaga tetap 1,5 Celsius dibutuhkan tindakan dan komitmen yang berarti dan efektif dari semua negara."
Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.
Baca juga: COP26: Perubahan Iklim Ancaman Besar bagi Stabilitas Keuangan Global
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.