ROMA, KOMPAS.com - Presiden As Joe Biden disebut menggelar pertemuan dengan Paus Fransiskus, jelang agenda KTT G20 dan COP26.
Dalam agenda yang dihelat di Roma itu, kedua pemimpin berpengaruh di dunia itu akan membahas sejumlah isu.
Dalam keterangan Gedung Putih, mereka berdua bakal mendiskusikan pengentasan kemiskinan, Covid-19, perubahan iklim, dan berbagi pemahaman mengenai martabat manusia.
Baca juga: Biden Salah Ucap soal Taiwan, Timbulkan Kekhawatiran di China dan Asia
Biden, seorang Katolik taat, mempunyai banyak kesepahaman dengan Paus Fransiskus dibanding pendahulunya, Donald Trump.
Pertemuan keduanya diharapkan memberikan pernyataan yang tegas mengenai masa depan umat manusia dan Planet Bumi.
Sebabnya, di antara para pemimpin dunia terdapat ketidaksepahaman mengenai isu seperti perubahan iklim dan Covid-19.
Seusai bertemu Paus Fransiskus, Joe Biden dijadwalkan juga menemui Perdana Menteri Italia Mario Draghi, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Agenda bertemu Macron akan menjadi ajang pemulihan dua sekutu tradisional, yang sempat retak karena pakta kerja sama AS, Inggris, dan Australia (AUKUS).
Dilansir Sky News, tantangan utara presiden ke-46 AS itu di KTT G20 adalah meyakinkan sekutunya bahwa "Amerika sudah kembali".
Baca juga: Bahas Polemik F-35, Erdogan Ingin Bertemu Biden
Tantangan yang berat, mengingat presiden 78 tahun tersebut sudah mendapatkan masalah baik di dalam maupun luar negeri.
Di Washington, Biden gagal menyelamatkan anggaran untuk menunjang agenda ekonomi dan memerangi perubahan iklimnya dari Kongres AS.
Di dunia, dia juga dilanda masalah kepercayaan karena memerintahkan penarikan pasukan dari Afghanistan Agustus lalu.
Sementara konferensi iklim COP26 yang dilangsungkan di Glasgow, Skotlandia, juga tidak kalah pentingnya bagi dunia.
Terdapat laporan terjadi perpecahan di antara anggota G20, mengenai dua agenda utama yang hendak mereka usung.
Baca juga: Joe Biden Ikuti KTT AS-ASEAN, Tegaskan Komitmen Kemitraan
Yaitu penghapusan konsumsi batu bara secara bertahap, dan menjaga agar suhu tidak naik 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Jika negara-negara kaya saja tidak sepakat, maka meyakinkan negara miskin akan menjadi pekerjaan yang begitu berat.
Rusia, China, Arab Saudi, dan India dilaporkan tengah menahan diri untuk tidak menghapus konsumsi batu bara, begitu juga dengan AS.
Beijing sudah membuat publik kecewa ketika mengumumkan janji baru terkait emisi karbon menjelang konferensi COP26.
Selain itu, posisi China tentang isu batu bara bisa memberikan dampak besar terkait perkembangan pemanasan global.
Baca juga: Biden Disebut Presiden AS Paling Mengecewakan sejak Perang Dunia II
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.