Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Ralat Klaim Joe Biden Akan Lindungi Taiwan

Kompas.com - 24/10/2021, 15:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Untuk kedua kali dalam tiga bulan terakhir Gedung Putih harus meralat ucapan Presiden Joe Biden yang mengeklaim Amerika Serikat berkomitmen melindungi Taiwan dari serangan China.

"Ya, kami berkomitmen untuk melakukan itu,” kata dia saat ditanya apakah AS akan melindungi Taiwan dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan stasiun televisi CNN, Kamis (21/10/2021).

Agustus silam dia pernah mengucapkan ungkapan serupa. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun ABC, Biden memastikan AS telah membuat "komitmen suci” untuk melindungi sekutu NATO, "termasuk Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.”

Baca juga: Ditanya Apakah Bakal Melindungi Taiwan dari China, Biden: Yes

Sesuai perjanjian dengan Taiwan, AS berkewajiban membantu menyediakan persenjataan demi pertahanan. Namun saat yang sama, Gedung Putih juga mengadopsi doktrin "ambiguitas strategis,” untuk menghindari konfrontasi langsung dengan Beijing.

Menanggapi komentar Biden, seorang juru bicara Gedung Putih memastikan "tidak ada perubahan” dalam kebijakan AS terkait Taiwan.

"Kerja sama pertahanan dengan Taiwan dipandu oleh UU Taiwan. Kami menjalankan komitmen kami sesuai Undang-undang ini, dan akan terus membantu pertahanan Taiwan. Kami akan terus melawan upaya mengubah status quo secara sepihak,” kata dia.

DW INDONESIA Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan
Ucapan Biden ditanggapi Kantor Kepresidenan Taiwan dengan menyatakan posisi kedua pihak adalah sama, yakni untuk tidak mengalah pada tekanan China, dan menegaskan tekad untuk mempertahankan diri, tutur juru bicara pemerintah, Xavier Chang.

Menurutnya Presiden Biden selalu menunjukkan dukungan "yang kokoh” melalui tindakan kongkrit untuk Taiwan.

Baca juga: Tanggapi Komentar Biden, China Bersumpah Tak Ada Kompromi Soal Taiwan

"Reunifikasi damai”

Sebaliknya China kembali menegaskan klaim teritorial atas Taiwan. Dalam sebuah jumpa pers di Beijing, Jumat (22/10/2021), juru bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin, mengatakan pihaknya menginginkan reunifikasi damai dengan Taiwan, tapi tidak segan menggunakan opsi militer untuk memaksakan penyatuan kembali.

"Jika sudah menyangkut kedaulatan dan keutuhan teritorial China, tidak ada ruang bagi China untuk berkompromi atau mengalah, dan orang tidak selayaknya meremehkan determinasi kuat dan keinginan rakyat China untuk melindungi kedaulatannya sendiri,” kata dia.

Menurutnya, Taiwan adalah "bagian tidak terpisahkan dari teritorial China. Isu Taiwan adalah murni urusan dalam negeri dan China tidak mengizinkan intervensi asing,” imbuh Wang.

Meski menggunakan retorika perang, Biden, kata Richard McGregor, peneliti senior Asia Timur di Lowy Institute, masih "memegang erat” haluan kebijakan AS untuk tidak memprovokasi perang demi Taiwan.

"Saya mencurigai Biden tidak sedang mengumumkan perubahan kebijakan. Jadi pilihannya antara kesalahan linguistik, atau mungkin dia sengaja menggunakan nada yang lebih keras sebagai reaksi atas provokasi militer China terhadap Taiwan,” kata dia, merujuk pada manuver armada pembom China di dalam Zona Identifikasi Udara Taiwan baru-baru ini.

Baca juga: Xi Jinping: China Akan Rebut Taiwan secara Damai dan Bakal Terwujud

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com