TOKYO, KOMPAS.com - Pemilu Jepang dimulai pada Minggu (31/10/2021), dan Perdana Menteri Fumio Kishida mencatatkan tingkat persetujuan terendah dalam 20 tahun.
Menurut laporan kantor berita AFP, peringkat persetujuan PM Fumio Kishida hanya sekitar 50 persen, sehingga dia berharap dapat memenangkan suara publik.
Sementara itu, kaum konservatif yang berkuasa berjuang mempertahankan mayoritas mereka di parlemen.
Baca juga: Pemilu Jepang Digelar 31 Oktober, Fumio Kishida Disetujui Jadi PM Baru
Fumio Kishida menjadi pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) sebulan yang lalu setelah Yoshihide Suga mengundurkan diri usai setahun menjabat.
Salah satu alasan terbesar Yoshihide Suga mundur karena ketidakpuasan publik atas tanggapannya terhadap krisis Covid-19.
Meskipun ada penurunan tajam dalam kasus Covid-19 di Jepang, LDP yang memegang kekuasaan hampir terus menerus sejak 1950-an kemungkinan akan kehilangan kursi di majelis rendah parlemen, kata para analis.
Bahkan jika Kishida menang, pemerintahan yang buruk dapat membuatnya tak bisa lama memimpin Jepang.
Fumio Kishida (64) berjanji untuk mengeluarkan paket stimulus baru senilai puluhan triliun yen untuk melawan dampak pandemi pada Jepang, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia.
Dia juga menguraikan rencana untuk mengatasi ketidaksetaraan yang diperparah oleh kebijakan ramah bisnis Yoshihide Suga dan pendahulunya, Shinzo Abe.
Baca juga: Profil Fumio Kishida, Perdana Menteri Jepang yang Baru
Para pemilih di Tokyo mengatakan kepada AFP, pandemi merupakan faktor penting dalam keputusan mereka.
"Ekonomi menderita karena virus corona, jadi saya membandingkan respons para politisi," kata Chihiro Sato (38), ibu rumah tangga dengan anak balita.
Namun insinyur Hiroyasu Onishi (79) mengatakan, dia lebih khawatir dengan ancaman militer dari China.
Sebanyak 106 juta pemilih Jepang tidak terlalu tertarik dengan perdana menteri baru, menurut Stefan Angrick ekonom senior di Moody's Analytics.
"Kishida perlu meyakinkan publik dan anggota muda partainya bahwa kesinambungan tidak berarti status quo, melainkan mempertahankan apa yang telah berhasil dan meningkatkan apa yang belum," terangnya dikutip dari AFP.
Jumlah pemilih di pemilu Jepang 2021 mencapai 21,5 persen pada Minggu pukul 14.00 waktu setempat, turun hanya sedikit dari waktu yang sama saat pemilu Jepang 2017, ketika jumlah pemilih secara keseluruhan mencapai 53 persen.
Baca juga: Alasan PM Jepang Yoshihide Suga Mundur dan Tak Mencalonkan Diri Lagi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.