Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Undian Petani Stroberi Australia Berhadiah Rp 1 Miliar Tidak Ada Pemenangnya

Kompas.com - 28/10/2021, 22:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Kami semua berteriak kegirangan, adik perempuan saya bahkan menangis," katanya.

"Cherish sudah menjadi bagian dari keluarga kami begitu lama. Kami menyukai dia."

"Saya kira kompetisi ini betul-betul merupakan insentif yang bagus, motivasi bagi mereka yang mungkin tidak tertarik sebelumnya untuk betul-betul mau bekerja."

Bagi Chris Wright dari Wollongong di negara bagian New South Wales yang baru pertama kalinya bekerja sebagai pemetik buah d Queensland, kompetisi untuk mendapatkan hadiah uang itu menjadi salah satu motivasinya untuk kemudian bekerja selama 17 minggu di kebun stroberi Luvaberry.

"Saya sedang menyelesaikan PhD di bidang lingkungan namun karena adanya Covid saya tidak banyak keluar. Jadi saya memutuskan berhenti sementara dari studi dan mencoba sesuatu yang baru sekalian bertualang."

Baca juga: Australia Kekurangan Petani, PNS Ditawari Cuti Berbayar untuk Bantu Panen

Ketika mobilnya rusak dan harus diperbaiki di bengkel, manajer admin Perkebunan Ashbern Farm Pam Diessler membayangkan akan yang akan dilakukannya bila dia memenangkan hadiah utama Rp1 M tersebut.

"Suami saya dan saya sudah berangan-angan membeli caravan dan melakukan perjalanan kalau kami menang," katanya sambil tertawa.

Zairo Baretto dari Timor Timur dan Ryo Niwa mengatakan akan saling berbagi hadiah uang dengan keluarga dan teman-teman bila mereka menang.

Zairo Baretto dari Timor Timur dan temannya mendapat hadiah uang masing-masing Rp 10 juta.JENNIFER NICHOLS via ABC INDONESIA Zairo Baretto dari Timor Timur dan temannya mendapat hadiah uang masing-masing Rp 10 juta.
Industri buah-buah beri ini di Australia di masa lalu sering dituduh membayar pekerja asing tidak sesuai dengan upah minimum yang diharuskan.

Serikat Pekerja sudah mendesak kepada Fair Work Commisions guna tidak lagi menetapkan bayaran berdasarkan buah yang dipetik namun berdasarkan jam kerja.

"Pada akhirnya perkebunan yang ikut dalam promosi semuanya adalah mereka yang baik," kata Richter.

"Semua finalis yang terpilih sudah melewati proses pemeriksaan dimana kami memastikan mereka sudah dibayar sesuai dengan hak mereka."

"Semua perkebunan harus mematuhi aturan yang kami buat dan pada akhirnya ada dua perkebunan yang harus dihentikan karena mereka tidak mematuhi aturan," kata Richter.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Baca juga: Tak Sengaja Tanam Mangga Termahal di Dunia, Petani Ini Kini Harus Sewa Petugas Keamanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com