Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Carina Joe Ilmuwan Indonesia di Balik Vaksin AstraZeneca, Akan Wakili Tim Raih Penghargaan Pride of Britain

Kompas.com - 28/10/2021, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Carina mengerjakannya sendiri... akan ada bencana bila dia terkena virus corona"

Sandy menyebut timnya sangat kecil bila dibandingkan dengan perusahaan farmasi besar lain.

"Satu hal yang sangat tak biasa tentang apa yang dilakukan Carina adalah, dia mengerjakannya sendiri. Saya rasa perusahaan dengan skala manufaktur seperti Pfizer tidak akan begitu tergantung pada satu orang saja, mereka pasti punya tim orang yang berpengalaman sangat besar."

"Saya sangat khawatir (ketika itu). Bagaimana bila Carina terkena virus corona? Akan terjadi bencana kalau itu terjadi karena kami perlu dia tetap bekerja," kata Sandy mengenang periode kerja keras selama 18 bulan.

Baca juga: Profil Dame Sarah Gilbert, Ilmuwan di Balik Vaksin AstraZeneca-Oxford

Saya sangat khawatir Carina terkena virus corona (ketika itu), kata Sandy, karena tak ada yang dapat menggantikan pekerjaannya.JOHN CAIRNS via BBC INDONESIA Saya sangat khawatir Carina terkena virus corona (ketika itu), kata Sandy, karena tak ada yang dapat menggantikan pekerjaannya.
Carina sendiri mengatakan ia hampir menyerah dua kali karena tekanan yang begitu besar, tanpa tahu pasti, apakah vaksin akan berhasil dikembangkan atau gagal.

Saya sempat menyerah dua kali, kata Carina.JOHN CAIRNS via BBC INDONESIA Saya sempat menyerah dua kali, kata Carina.
"Pandemi mengajarkan saya untuk tahan banting dengan segala keadaan untuk mengerjakan tugas saya karena saat itu hanya saya satu-satunya yang bisa mengerjakan eksperimen ini karena tim ini kecil. Tidak ada gantinya untuk mengerjakan tugas ini. Tidak semudah itu merekrut orang, perlu training lama … semuanya harus saya sendiri yang atasi," cerita Carina.

Inggris mulai menerapkan lockdown (karantina wilayah dalam skala nasional) pada Maret 2020 dan dilonggarkan empat bulan kemudian.

"Saya sempat bilang, saya mau berhenti, saya tak bisa lagi lakukan ini. Nangis-nangis di depan bos. Mereka berikan pengertian. Mau gimana lagi, cuma kamu yang melakukan, tidak ada gantinya lagi. Mau sakit atau tidak tetap harus dikerjakan," kata Carina mengingat kerja non-stop tanpa istirahat tahun lalu.

"Saat hampir menyerah, bos saya bilang, kita melakukan hal yang tepat. Ini mungkin satu hal yang sangat penting yang kita lakukan dalam karir kita karena banyak orang meninggal, jadi kita lakukan yang terbaik, demi kemanusiaan," ceritanya lagi.

Apakah formula "30 mililiter sel" dapat digunakan bila terjadi pandemi lagi?

Ketika ditemui di laboratorium Jenner Institute, Universitas Oxford, Carina memperkenalkan sejumlah kolega yang meneliti berbagai vaksin lain termasuk untuk virus Zica dan Malaria.

Carina - yang memperoleh gelar doktoral dalam bidang bioteknologi di Royal Melbourne Insitute, Australia - menunjukkan dua ruang laboratorium, tempat ia menghabiskan hari-hari dan malam tanpa tidur cukup, hampir sepanjang 2020.

Formula hasil eksperimen Carina ketika itu rencananya digunakan untuk penelitian vaksin rabies, yang tengah dikembangkan tim peneliti di bawah Sandy Douglas, sebelum ia ditarik ke tim Covid.

Bersama Catherine Green dengan GQ Awards, salah satu penghargaan yang diterima tim vaksin Universitas Oxford.JOHN CAIRNS via BBC INDONESIA Bersama Catherine Green dengan GQ Awards, salah satu penghargaan yang diterima tim vaksin Universitas Oxford.
Carina sendiri baru bergabung dengan tim Sandy pada Agustus 2019 dan memulai eksperimennya pada sekitar akhir September.

Apakah formula ini bisa digunakan bila terjadi pandemi lagi di kemudian hari?

"Proses yang digunakan masih sama, dan bisa dipakai untuk penyakit yang berbeda, hanya perlu diadaptasi sedikit. Jadi bisa langsung dipakai untuk memproduksi vaksin lain," katanya lagi.

Pandemi mengajarkan saya untuk tahan banting.BBC INDONESIA Pandemi mengajarkan saya untuk tahan banting.
Sandy sendiri mengatakan dalam diskusinya dengan salah seorang kolega - walaupun setengah bercanda - bahwa "Carina adalah peneliti paska doktoral yang paling penting di dunia. Pekerjaannya sangat fantastis dan sangat penting."

Formula bisa diadaptasi bila terjadi pandemi penyakit lain.JOHNS CAIRNS via BBC INDONESIA Formula bisa diadaptasi bila terjadi pandemi penyakit lain.
Vaksin Covid tercepat pengembangan
dan distribusinya

Vaksin AstraZeneca yang tiba di Jakarta.KEDUTAAN INGGRIS JAKARTA via BBC INDONESIA Vaksin AstraZeneca yang tiba di Jakarta.
Kecepatan membuat dan mendistribusikan vaksin Covid dikembangkan dalam waktu yang luar biasa cepat.

Vaksin campak, misalnya, termasuk yang ditemukan cukup cepat, dan memakan waktu 10 tahun dari penemuan patogen sampai pengembangan vaksin pertama.

Vaksin tipus memerlukan waktu lebih dari satu abad dan sejumlah penyakit yang sudah diketahui patogennya lebih dari satu abad - seperti malaria - masih belum ditemukan vaksin yang efektif.

Pengembangan vaksin Covid dilakukan jauh lebih cepat dari vaksin apa pun. Dalam waktu kurang dari satu tahun, sejumlah vaksin, berhasil diumumkan dan telah disetujui untuk penggunaan di beberapa negara.

Vaksin Oxford AstraZeneca - seperti halnya Pfizer dan Moderna - berhasil diproduksi dan digunakan dalam rekor waktu yang sangat cepat ketika penduduk dunia amat sangat memerlukannya guna meredam pandemi Covid-19.

Baca juga: Kisah Ilmuwan Vaksin AstraZeneca Enggan Ambil Hak Paten Penuh agar Harganya Murah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com