Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli WHO: Vaksin Covid-19 Bukanlah "Peluru Perak"

Kompas.com - 25/10/2021, 14:26 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan kepada DW bahwa bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk mengakhiri pandemi Covid-19.

Vaksinasi hanyalah satu alat. Ini bukan peluru perak,” katanya kepada DW, Minggu (24/10/2021).

Vaksin sangat efektif untuk melindungi dari penyakit parah. Tetapi vaksin tidak 100 persen efektif melawan infeksi,” sambung Swaminathan.

Baca juga: Rayakan 1 Miliar Suntikan Vaksin Covid-19, India Luncurkan Lagu dan Film

Meski efektif mencegah penyakit parah, orang yang sudah divaksinasi bukan berarti tak bisa menularkan virus ke orang lain.

“Anda masih melihat negara-negara saat ini dengan tingkat vaksinasi yang tinggi dengan tingkat infeksi yang terus meningkat,” jelas Swaminathan.

Dia menambahkan, semakin tinggi tingkat penularannya, kemungkinan akan munculnya vairan baru juga semakin besar.

Baca juga: Warga India Protes Ada Foto Perdana Menteri Modi “Mejeng” di Sertifikat Vaksin Covid-19

Dia menekankan langkah-langkah pencegahan penularan harus tetap dilakukan.

Swaminathan, yang juga seorang ahli HIV dan TBC, mengatakan Covid-19 juga memunculkan ketidaksetaaraan global soal vaksinasi.

Dia menyerukan kesetaraan vaksin masih harus diperluas kepada negara-negara miskin untuk menekan penyebaran virus corona dan mencegah mutasi yang berkelanjutan.

“Ada salah satu bagian dunia di mana sebagian besar orang sekarang telah divaksinasi,” tutur Swaminathan.

Baca juga: Australia Keluarkan Sertifikat Vaksin Covid-19 untuk Perjalanan Internasional

“Sayangnya, separuh dunia masih belum memiliki akses ke vaksin. Baru kurang dari 2 persen orang di benua Afrika diberi vaksin lengkap,” sambung Swaminathan.

Menurut Swaminathan, satu-satunya cara untuk mengakhiri pandemi untuk selamanya adalah, negara-negara kaya harus menunjukkan solidaritas yang lebih kuat.

“(Pandemi) ini akan berlangsung lebih lama kecuali dunia memutuskan untuk bersatu dalam solidaritas dan berbagi alat, vaksin, diagnostik, perawatan yang kita miliki saat ini,” ujar Swaminathan.

“Masih ada lebih dari 40.000-45.000 orang meninggal setiap pekan di seluruh dunia karena Covid-19 dan itu harus dihentikan,” sambung Swaminathan.

Baca juga: 14 Jaksa AS Tekan Facebook Ihwal Disinformasi Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com