Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari China hingga AS Alami Kekurangan Bahan-bahan Pokok, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 19/10/2021, 22:46 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Harga LNG melonjak 6 persen antara April dan Juli, membuatnya tak bisa dibeli oleh kebanyakan warga Nigeria.

Sebagai akibatnya, rumah tangga dan usaha beralih ke arang atau kayu untuk memasak.

Salah satu penyebab tingginya harga gas adalah kekurangan pasokan secara global, sebab Nigeria masih bergantung pada LNG yang diimpor.

Situasi ini tampaknya diperburuk oleh penurunan nilai mata uang dan penerapan pajak terhadap LNG.

Para pakar memperingatkan kekurangan pasokan ini akan berimplikasi pada kesehatan dan lingkungan, seiring dengan banyaknya warga yang beralih ke bahan bakar alternatif yang lebih murah, tapi berbahaya.

Baca juga: Serangan Membabi Buta di Nigeria, 18 Orang Tewas

Lebanon: Air dan obat-obatan

Muncul kekhawatiran tentang adanya kekurangan pasokan air, obat-obatan dan bahan bakar di Lebanon.

Selama 18 bulan terakhir, negara ini mengalami krisis ekonomi, yang membuat tiga perempat populasi negara itu di ambang kemiskinan, melumpuhkan mata uang dan memicu demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah dan sistem politik Lebanon.

Perekonomian Lebanon sudah bermasalah sebelum Covid melanda, namun pandemi memperburuk keadaan.

Kekurangan bahan bakar menyebabkan pemadaman listrik semakin sering. Bisnis dan keluarga pun bergantung pada generator diesel listrik yang mahal jika mereka mampu membelinya.

Pada Agustus, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Lebanon Najat Rochd berkata dia "sangat prihatin dengan dampak krisis bahan bakar pada akses ke perawatan kesehatan dan pasokan air bagi jutaan orang di Lebanon".

Pemadaman listrik baru-baru ini memaksa banyak orang untuk beralih ke generatorREUTERS via BBC INDONESIA Pemadaman listrik baru-baru ini memaksa banyak orang untuk beralih ke generator

Baca juga: Setahun Setelah Ledakan Beirut, Lebanon Masih Kacau

Amerika Serikat: Mainan dan tisu toilet

Pada Natal nanti, "ada beberapa hal yang tak bisa dimiliki oleh orang banyak," demikian peringatan seorang pejabat Gedung Putih.

Stok mainan akan terdampak, demikian halnya kebutuhan pokok seperti tisu toilet dan air kemasan, baju baru dan makanan hewan peliharaan.

Sebagian dari penyebabnya adalah kemacetan di pelabuhan AS. Empat dari 10 kontainer pengiriman yang memasuki AS hanya melalui dua pelabuhan - di Los Angeles dan Long Beach, California.

Pada September, sebanyak 73 kapal terpaksa mengantre di luar pelabuhan Los Angeles. Padahal, sebelum Covid-19, kapal-kapal itu tak biasanya mengantre.

Kedua pelabuhan ini kini beroperasi penuh untuk mengurai kemacetan pasokan kebutuhan sehari-hari warga AS.

Baca juga: Intelijen AS: Korut Bakal Uji Coba Rudal Balistik Tahun Depan

Dalam beberapa kasus, kekurangan pasokan juga disebabkan oleh masalah berkaitan dengan Covid-19 di negara lain.

Produsen peralatan olahraga AS, Nike, misalnya, banyak memproduksi produknya di negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, di mana pabrik-pabrik terpaksa tutup karena pandemi.

Bahkan ketika barang itu bisa diproduksi, pendistribusian barang-barang itu ke penjual retail menjadi kian terkendala, kata Prof Willy Shih dari Harvard Business School.

Dikatakan, ada lonjakan pengeluaran oleh konsumen AS. Tetapi gangguan produksi di pabrik, pelabuhan dan jaringan jalan dan kereta api yang "kelebihan beban" telah menciptakan kemacetan, katanya.

Diperkirakan akan ada kekurangan pasokan mainan selama musim liburan di AS.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Diperkirakan akan ada kekurangan pasokan mainan selama musim liburan di AS.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com