BEIRUT, KOMPAS.com - Demo Lebanon yang berlangsung ricuh disertai rentetan tembakan terhadap demonstran di Beirut pada Kamis (14/10/2021), menandakan bahwa situasi negara itu masih kacau setelah setahun ledakan besar di pelabuhan terjadi,
Melansir AFP, berikut adalah rangkuman kekacauan yang terjadi di Lebanon setelah ledakan Beirut.
Baca juga: Baku Tembak di Protes Lebanon, 6 Tewas dan 30 Luka-luka
Pada 4 Agustus 2020, salah satu ledakan non-nuklir terbesar di dunia menghancurkan sebagian besar pelabuhan Beirut dan memporak-porandakan sebagian besar ibu kota negara tersebut.
Ledakan Lebanon disebabkan oleh kebakaran di gudang yang menyimpan banyak sekali amonium nitrat selama enam tahun.
Insiden tersebut menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan 6.500 luka-luka. Kota pun dalam keadaan gawat.
Tragedi itu terjadi ketika Lebanon terperosok ke salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia dalam 150 tahun, menurut IMF.
Mata uang yang anjlok, PHK besar-besaran, dan pembatasan perbankan yang drastis membuat sebagian besar penduduk jatuh ke jurang kemiskinan.
Baca juga: Foto Sebelum dan Sesudah Ledakan Lebanon: Kapal Pesiar Terbalik, Dermaga Hancur
Kunjungannya dipuji oleh banyak orang Lebanon yang marah pada pemimpin mereka sendiri, yang mereka tuduh korupsi dan tidak kompeten.
Macron lalu menyerukan perubahan mendalam, tetapi hari berikutnya Presiden Michel Aoun menolak penyelidikan internasional atas ledakan Beirut.
Pada 8 Agustus, ribuan orang berdemonstrasi, meluapkan amarah pada pemimpin mereka atas ledakan Lebanon, dan berujung bentrokan dengan aparat keamanan.
Keesokan harinya, komunitas internasional menjanjikan bantuan sekitar 300 juta dollar AS (Rp 4,2 triliun), tetapi menuntut agar langsung didistribusikan kepada penduduk dan dilakukan penyelidikan yang transparan terhadap ledakan Lebanon.
Pada 10 Agustus, perdana menteri Hassan Diab mengundurkan diri di tengah demonstrasi lebih lanjut.
Pada akhir bulan, diplomat Mustapha Adib diangkat sebagai perdana menteri baru Lebanon.
Namun, pada 26 September setelah berminggu-minggu kebuntuan politik, Adib mundur.