Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Kuk Song Beberkan Rahasia Sumber Kekayaan Pemimpin Korea Utara

Kompas.com - 12/10/2021, 09:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Kim Kuk Song, seorang pembelot ternama Korea Utara mengungkapkan bahwa penjualan obat-obat terlarang dan senjata ke para teroris digunakan negaranya untuk mengumpulkan kekayaan.

Kim Kuk Song sudah bekerja selama 30 tahun di bawah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il dan Kim Jong Un.

Kim Kuk Song bekerja sebagai agen mata-mata Korea Utara yang kuat, tetapi pada 2014 ia memutuskan membelot dan hidup di Korea Selatan.

Melansir Daily Star pada Senin (11/10/2021), pembelot tersebut mengklaim bahwa di Korea Utara ia telah mmebantu membangun laboratorium obat-obatan terlarang untuk mengumpulkan dana "revolusioner" bagi pemimpin negara.

Baca juga: Indonesia, Korea Utara, dan Thailand Tidak Patuh WADA, Apa Akibatnya?

Kim Kuk Song juga mengatakan berpengalaman untuk mengatur penjualan senjata ke pihak teroris di Timur Tengah dan Afrika.

Pembelot ternama ini mengatakan kepada BBC, "Di Korea Utara, terorisme adalah alat politik yang melindungi martabat tertinggi Kim Jong Il dan Kim Jong Un."

"Itu adalah hadiah untuk menunjukkan kesetiaan kepada pemimpin negara besarnya," ucapnya.

Kim Kuk Song juga mengklaim bahwa pada Mei 2009, sebuah perintah turun dari rantai komando untuk membentuk "satuan tugas teror" untuk membunuh seorang mantan pejabat Korea Utara yang membelot ke Selatan.

Namun upaya pembunuhan itu gagal. Dua panglima militer Korea Utara masih menjalani hukuman penjara 10 tahun di Seoul atas rencana tersebut.

Ibu kota Korea Utara, Pyongyang, selalu membantah terlibat dan mengklaim bahwa Korea Selatan yang telah melakukan upaya pembunuhan para pejabat pembelot tersebut.

Baca juga: WHO Mulai Kirim Pasokan Medis Covid-19 ke Korea Utara melalui China

Sumber kekayaan pemimpin Korea Utara

Kim Kuk Song juga mengklaim bahwa produksi obat-obatan terlarang memuncak selama bencana kelaparan Korea Utara pada 1990-an. Ia menggambarkan bencana kelaparan saat itu mirip dengan keadaan mengejutkan yang dialami negara komunis itu saat ini.

“Produksi obat-obatan di Korea Utara pimpinan Kim Jong Il mencapai puncaknya selama Arduous March (frasa untuk bencana kelaparan). Saat itu, Departemen Operasional kehabisan dana revolusioner untuk Pemimpin Tertinggi," ujar pembelot tersebut.

"Setelah ditugaskan untuk tugas itu, saya membawa tiga orang asing dari luar negeri ke Korea Utara, membangun basis produksi di pusat pelatihan kantor penghubung 715 Partai Buruh dan memproduksi obat-obatan."

"Itu ICE (shabu kristal). Kemudian kami bisa mencairkannya ke dolar untuk dipersembahkan kepada Kim Jong Il," terang pembelot Korea Utara yang berpengalaman ini.

Kim Kuk Song mengklaim uang yang diperoleh dari keuntungan haram digunakan untuk meningkatkan kekayaan pemimpin Korea Utara, termasuk membangun vila, membeli mobil, pakaian desainer, dan kemewahan lainnya.

Baca juga: Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, Dianggap Sosok Sombong dan Dibenci Pejabat Korea Utara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com