Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Myanmar Sekarang: Warga Miskin Tunggu Bantuan Makanan dan Ekonomi Terjun Bebas

Kompas.com - 06/10/2021, 16:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Jenderal Soe Win, orang nomor dua di tampuk kekuasaan rezim militer, mengakui dalam sidang membahas anggaran bulan Agustus bahwa pemerintah menerima lebih sedikit pemasukan.

Myanmar sekarang: perlawanan di tengah kesulitan

Di kantor listrik negara di kota Khayan, sekitar 60 km arah timur Yangon, satu-satunya karyawan dari 43 orang staf, yang terus datang, adalah seorang eks kapten militer.

Sisanya melakukan mogok kerja. Lima belas orang dari mereka masih bertahan untuk melawan.

Tindakan kolektif mereka mengganggu kinerja rezim militer, namun ini menimbulkan biaya hidup yang tinggi.

"Saya saat ini tidak memiliki penghasilan, tetapi saya dan rekan-rekan bertekad tidak kembali bekerja untuk kepentingan militer," kata Khin Kyi Thar.

"Gaji saya 150.000 Kyat (Rp 1,1 juta) dan saya sudah kehilangan uang sebesar itu sejak April."

"Ada kelompok pendukung di kota kami yang membantu saya dengan uang secukupya, tapi kemudian pemimpinnya harus kabur untuk menyelamatkan diri," katanya.

Baca juga: Tentara Myanmar Diserang Bom, Pemerintah Bayangan Serukan Perang

Myanmar sekarang: ramai beli lotre "alternatif" dan boikot lotre pemerintah

Dalam upaya meringankan penderitaan rakyat, Pemerintah Persatuan Nasional meluncurkan lotre online pada Agustus untuk mengumpulkan uang bagi pegawai negeri sipil yang mogok.

Kelompok tersebut mengatakan 70 persen dari keuntungan akan langsung diberikan kepada orang-orang yang terlibat pemogokan, sementara 30 persen akan ditawarkan sebagai hadiah uang.

Masyarakat Myanmar sekarang berhenti membeli tiket lotre yang dikelola negara, dan pada jam pertama penjualan 250.000 tiket seharga Kyat 2.000 (1,1 dollar AS atau Rp 15,685) sudah terjual habis.

Menanggapi aksi ini, rezim militer Myanmar sekarang telah melarang lotre yang dikelola Pemerintah Persatuan Nasional.

Mereka juga membekukan sejumlah rekening bank karena dicurigai bahwa pemiliknya membeli tiket lotre tersebut.

Myanmar sekarang: perbankan di ambang kehancuran

Sistem perbankan Myanmar sekarang berada di ambang kehancuran. Setelah kudeta, masyarakat bergegas menarik tabungannya.

Sebagai tanggapan, bank Myanmar sekarang membatasi jumlah uang yang dapat diambil.

Sejak Maret, bank sentral Myanmar membatasi penarikan tunai hingga 2 juta Kyat (Rp 2,3 juta) seminggu dan 20 juta Kyat (Rp 23,4 juta) bagi sebagian besar perusahaan.

Ma Khine, seperti kebanyakan warga Yangon, bangun pagi-pagi untuk menunggu antrian panjang di mesin ATM dengan harapan bisa menarik sejumlah uang.

Bank KBZ di Myanmar Plaza tempat tujuannya, buka pukul enam pagi dan mengeluarkan token untuk sejumlah pelanggan terbatas.

Namun meskipun Anda salah satu yang beruntung mendapatkan token, tidak ada jaminan bahwa masih akan ada uang di mesin saat giliran Anda tiba.

"Hanya tiga dari sepuluh mesin yang bekerja pada satu waktu, dan bank tidak akan menambahnya lagi," papar Ma Khine.

"Jika Anda tidak bisa menunggu, maka Anda harus membayar sogokan di pasar gelap," tambahnya.

Ketika dia melakukan hal itu pada bulan lalu dia harus membayar komisi 12 persen demi menarik uangnya sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com