Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Internasional yang Divaksin Sinovac Belum Bisa Kembali ke Australia

Kompas.com - 28/09/2021, 16:22 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

SYDNEY, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa internasional rencananya akan diizinkan kembali ke negara bagian New South Wales (NSW) dengan ibu kota Sydney sebelum akhir tahun ini.

Namun, mahasiswa dari China dan Nepal kemungkinan besar tidak termasuk dalam program uji coba tersebut.

Awal Desember nanti, sebanyak 500 mahasiswa dari seluruh dunia akan diizinkan melakukan perjalanan ke Australia dengan dua penerbangan sewaan.

Baca juga: Dosen WNI Hukum 300 Mahasiswa di Australia karena Mencontek

Rektor Western Sydney University, Barney Glover mengatakan tiket pesawat akan dibayar sendiri oleh mahasiswa, sementara biaya karantina ditanggung universitas.

"Ini adalah awal dari uji coba yang mungkin terdengar sepele, tetapi menjadi sinyal penting bahwa Australia akan membuka diri untuk siswa internasional lagi," kata Barney, yang juga memimpin komite dalam program percontohan tersebut.

Namun program tersebut hanya diperuntukkan bagi mahasiswa internasional yang memenuhi syarat, yakni telah divaksinasi dua kali dengan vaksin yang diakui Australia, yakni Pfizer, Johnson and Johnson, Moderna dan AstraZeneca.

Ini berarti mahasiswa internasional, seperti asal China, yang sudah menerima vaksin Sinovac dan Sinopharm di negaranya kemungkinan tidak bisa mengikuti program ini.

Termasuk kemungkinan juga mahasiswa asal Indonesia, karena kebanyakan warga di Indonesia mendapatkan vaksin yang diproduksi di China tersebut.

Tapi rektor dari Westeren Sydney University mengatakan pihaknya telah mendorong ATAGI (lembaga penasihat vaksinasi di Australia) dan TGA (lembaga administrasi barang terapeutik) untuk bergerak cepat untuk mengatasi masalah vaksin yang belum disetujui.

"Kami mendorong mereka untuk bekerja melalui pengaturan timbal balik vaksinasi untuk vaksin yang belum disetujui di Australia, sehingga kami dapat membuka lebih luas dengan negara lain," kata Profesor Barney.

Namun, Profesor Barney mengatakan dia sangat paham untuk memulai program percontohan ini dengan vaksin yang disetujui terlebih dahulu.

Baca juga: Vaksin Sinovac dan Kisah di Baliknya

Hidup terganggu karena tak bisa bikin rencana

Wakil Perdana Menteri Australia, John Barilaro, mengatakan mendatangkan mahasiswa asing yang selama ini tak bisa kembali ini menjadi tahap pertama dari program uji coba. Nantinya kemudian akan dikembangkan perlahan.

Mahasiswa internasional yang didatangkan juga tidak akan dihitung atau dimasukkan dalam batas jumlah warga yang boleh kembali ke Australia.

"Yang penting, rencana ini tidak akan mengorbankan warga negara atau penduduk Australia mana pun yang ingin kembali ke rumah," kata John.

Direktur Eksekutif dari organisasi Universities Australia, Catriona Jackson memuji pemerintah NSW karena "sangat bertekad" untuk menjadikan Australia mendatangkan kembali mahasiswa internasional.

 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com