KABUL, KOMPAS.com - Lebih dari sebulan sejak akhir yang kacau dari perang 20 tahun Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, masih banyak yang belum jelas tentang apa yang terjadi dalam lepas landas tragis evakuasi bandara Kabul, pada 16 Agustus.
Sehari setelah Taliban menyerbu Kabul, gelombang warga Afghanistan mencoba melarikan diri dari negara itu.
Setidaknya satu orang, adalah seorang pemain sepak bola muda. Dia meninggal di landasan, terlindas roda pesawat C-17.
Baca juga: Trauma Keluarga Afghanistan dan Pupusnya Impian Korban yang Jatuh dari Pesawat C-17
Pemuda yang kemudian diketahui bernama Zaki Anwari itu masih berusia 17 tahun. Dia adalah seorang bintang yang sedang naik daun di tim sepak bola nasional Afghanistan.
Dia biasanya menghabiskan berjam-jam menonton pahlawannya Lionel Messi bermain.
“Dia tidak mengenal kata cukup. Hanya itu yang dia bicarakan (bola), itulah yang dia lakukan,” kata saudara laki-lakinya yang berusia 20 tahun, Zakir Anwari.
Zaki terlalu muda untuk mengetahui aturan keras Taliban pada akhir 1990-an. Tapi ketika kekuatan militan Taliban menyapu provinsi-provinsi, media sosial Zaki dibanjiri oleh rumor dan cerita horor yang dimaksudkan untuk menceritakan kehidupan di bawah Taliban.
Terakhir kali mereka memerintah, Taliban melarang sebagian besar olahraga, termasuk sepak bola. Mereka secara rutin mengumpulkan para pemuda pada waktu shalat untuk memaksa mereka ke masjid.
Zaki yakin mimpinya berkompetisi secara internasional di tim Afghanistan sudah berakhir.
Baca juga: Saat Taliban Bermain Bebek-bebekan di Taman Bermain Air Afghanistan...
Zaki pergi ke bandara bersama kakak laki-laki dan sepupunya pada 16 Agustus. Dia seharusnya hanya mengawasi mobil sementara sepupunya, yang pernah bekerja di sebuah perusahaan AS, mencoba masuk ke bandara.
Sebaliknya, ketika mereka pergi, pemuda itu malah memanjat tembok perbatasan bandara.
Zaki yang terengah-engah kemudian menelepon saudaranya yang lain, Zakir. Dia mengaku berada di dalam bandara dan segera naik ke pesawat.
Zakir mengatakan dia memohon kepada saudaranya untuk tidak pergi, dan mengingatkannya bahwa dia tidak membawa paspor atau bahkan kartu identitasnya dan bertanya kepadanya, “Apa yang akan kamu lakukan di Amerika?’”
Tapi adiknya menutup telepon, lalu menelepon ibunya. "Doakan saya. Saya akan ke Amerika,” kata Zaki.
Sementara Ibunya memohon padanya, "Pulanglah."
Zaki tidak lagi mendengarkan.
Baca juga: Taliban Perintahkan Karyawan Wanita di Ibu Kota Afghanistan Tetap di Rumah
Dia berlari di samping pesawat yang menambah kecepatan sampai tiba-tiba dia terlempar dari samping dan jatuh di bawah roda dan meninggal, menurut saksi kepada keluarga itu kemudian.
Ketika AS dan sekutunya mengakhiri kehadiran mereka di Afghanistan, puluhan ribu warga Afghanistan menyerbu ke bandara Kabul, panik untuk melarikan diri dari Afghanistan yang dikuasai Taliban.
Seorang anak berusia 2 tahun tewas terinjak-injak. Seorang pengebom bunuh diri ISIS meledakkan dirinya di tengah kerumunan, menewaskan 169 warga Afghanistan dan 13 personel militer AS.
Namun bahkan setelah ledakan, ribuan orang kembali ke bandara, berharap bisa masuk ke dalam.
Adegan itu begitu traumatis, sehingga Angkatan Udara AS menawarkan konseling psikologis kepada personel angkatan udara yang bekerja di bandara Kabul, serta awak pesawat C-17 yang nahas setelah mendarat di Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar.
Baca juga: KABAR DUNIA SEPEKAN: Di Ethiopia Masih Tahun 2014 | Sebulan Taliban Kuasai Afghanistan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.