Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Harus Lebih Ambisius

Kompas.com - 16/09/2021, 11:28 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia masih dianggap belum selaras dengan target Persetujuan Paris.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa.

NDC merupakan komitmen setiap negara pihak terhadap Kesepakatan Paris.

Baca juga: WMO: Banyak Terjadi Bencana Iklim, tapi Tingkat Kematian Lebih Sedikit

Dalam dokumen NDC, Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan dukungan internasional yang memadai pada tahun 2030.

Oleh karena itu, Fabby menuturkan bahwa upaya untuk menurunkan emisi GRK harus dilakukan lebih ambisius untuk mencegah kenaikan suhu global melebihi 1,5 derajat Celcius.

Pasalnya, ketika suhu rata-rata bumi naik melampaui 1,5 derajat Celcius dampak cuaca ekstrem seperti hujan lebat, kekeringan, dan gelombang panas akan lebih sering terjadi.

Baca juga: Seruan Dekarbonisasi Sistem Energi Secepatnya Melalui IETD 2021

Bahkan, beberapa perubahan buruk akibat naiknya suhu bumi melampaui 1,5 derajat Celcius tidak bisa diperbaiki.

“Waktunya pendek dan perubahan yang dibutuhkan harus dilakukan saat ini juga,” ujar Fabby dalam konferensi pers dan peluncuran Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2021 pada Selasa (14/9/2021).

Dia menuturkan, bahan bakar fosil harus dikurangi sebanyak mungkin, dan beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) terutama yang beremisi tinggi harus mulai ada yang dipensiunkan mulai saat ini.

“Proyek-proyek (PLTU) yang sudah kontrak tapi tidak bisa financial close atau tidak bisa konstruksi tahun ini, lebih baik dibatalkan saja,” tutur Fabby.

Baca juga: Biden Setujui Jutaan Hektar Lahan untuk Eksplorasi Migas, Kemunduran Perlawanan Perubahan Iklim

 

Dia menambahkan, seharusnya pemerintah bisa membatalkan proyek PLTU yang tak bisa financial close atau tidak bisa konstruksi tahun ini sembari meningkatkan energi terbarukan.

Sementara itu, Wakil Ketua Kelompok Kerja I IPCC Profesor Edvin Aldrian mengatakan bahwa sektor energi adalah sektor terbesar penyumbang emisi GRK.

Sekitar 35 persen emisi GRK disumbang oleh energi, disusul 24 persen dari agrikultur dan kehtanan, lalu 21 persen dari industri, 14 persen dari transportasi, dan 6,4 persen dari bangunan.

“Yang paling parah terdampak perubahan iklim adalah kawasan kutub. Di Indonesia, curah hujan akan semakin lebih banyak,” ujar Edvin.

Edvin menyatakan, para ahli sepakat bahwa kenaikan suhu global dan perubahan iklim yang dihadapi dunia saat ini sangatlah serius.

Baca juga: Biden Setujui Jutaan Hektar Lahan untuk Eksplorasi Migas, Kemunduran Perlawanan Perubahan Iklim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com