Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WMO: Banyak Terjadi Bencana Iklim, tapi Tingkat Kematian Lebih Sedikit

Kompas.com - 02/09/2021, 09:07 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber The Hill

KOMPAS.com - Perubahan iklim menyebabkan lebih banyak bencana terkait cuaca, tetapi mengakibatkan lebih sedikit kematian.

Ini adalah laporan yang dirilis Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Selasa (31/8/2021).

Menurut laporan WMO, bencana terkait cuaca rata-rata terjadi setiap hari antara tahun 1970 dan 2019.

Bencana menewaskan 2 juta orang dan menelan biaya 3,64 triliun dollar AS.

Baca juga: 2 Juta Orang di Dunia Meninggal akibat Bencana, Makin Parah karena Perubahan Iklim

"Jumlah bencana telah meningkat lima kali lipat selama periode 50 tahun, didorong perubahan iklim, cuaca yang lebih ekstrem, dan pelaporan yang lebih baik," kata WMO dalam siaran pers, dilansir The Hill.

Namun, berkat peningkatan peringatan dini dan manajemen bencana, jumlah kematian menurun hampir tiga kali lipat," tambahnya.

Selama 50 tahun pengamatan WMO, bahaya yang paling banyak menimbulkan korban jiwa adalah kekeringan, badai, banjir, dan suhu ekstrem.

Badai dan banjir bertanggung jawab atas kerugian ekonomi yang paling besar.

Tiga dari 10 badai "paling mahal", yakni badai Harvey, Maria dan Irma, terjadi pada tahun 2017.

Ketiga badai ini menyumbang 35 persen dari total kerugian ekonomi yang disebabkan oleh 10 bencana teratas yang diamati dari tahun 1970 hingga 2019.

Baca juga: Goa Peninggalan Jepang di Kota Kupang Roboh Usai Dihantam Badai Seroja

Lebih dari 91 persen kematian yang dilaporkan terjadi di negara berkembang.

“Jumlah cuaca, iklim, dan air yang ekstrem meningkat dan akan menjadi lebih sering dan parah di banyak bagian dunia sebagai akibat dari perubahan iklim,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.

"Itu berarti lebih banyak gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan seperti yang kami amati baru-baru ini di Eropa dan Amerika Utara," tambahnya.

WMO menyebut bahwa situasi saat ini memiliki lebih banyak uap air di atmosfer, yang memperburuk curah hujan ekstrem dan banjir mematikan.

"Pemanasan lautan telah mempengaruhi frekuensi dan area keberadaan badai tropis yang paling intens," ujar Taalas.

Baca juga: Video-video Kuatnya Badai Ida di AS hingga Koyak Atap Rumah Sakit dan Reklame Jalan

Laporan WMO merekomendasikan untuk mempertimbangkan bahwa badai tropis mungkin memiliki intensitas dan kecepatan yang berbeda dari sebelumnya.

Caranya degan memperkuat pembiayaan risiko bencana untuk negara-negara berkembang dan mengembangkan kebijakan proaktif untuk bencana yang bergerak lambat seperti kekeringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com