Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Juta Orang di Dunia Meninggal akibat Bencana, Makin Parah karena Perubahan Iklim

Kompas.com - 01/09/2021, 18:20 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

JENEWA, KOMPAS.com – Dalam 50 tahun terakhir, jumlah bencana di seluruh dunia seperti banjir dan gelombang panas telah meningkat 5 kali lipat karena didorong perubahan iklim.

Akibat masifnya bencana yang terjadi selama 50 tahun terakhir, lebih dari 2 juta orang meninggal dunia dan mencatatkan kerugian sebesar 3,64 triliun dollar AS (Rp 52.007 trilun) di seluruh dunia.

Lebih dari 91 persen dari 2 juta kematian akibat bencana selama 50 tahun terakhir terjadi di negara berkembang.

Baca juga: Biden Setujui Jutaan Hektar Lahan untuk Eksplorasi Migas, Kemunduran Perlawanan Perubahan Iklim

Laporan tersebut disampaikan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam publikasi terbarunya yang dirilis pada Rabu (1/8/2021).

Publikasi tersebut menyurvei sekitar 11.000 bencana yang terjadi antara 1979 hingga 2019 sebagaimana dilansir Reuters.

WMO juga meninjau tentang kematian dan kerugian ekonomi akibat cuaca, air, dan iklim ekstrem secara komprehensif dalam publikasi tersebut.

Beberapa bencana paling parah yang dicatat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir seperti kekeringan 1983 di Etiopia yang merupakan bencana paling fatal dengan 300.000 kematian.

Baca juga: Setelah Kuasai Afghanistan, Taliban Janjikan untuk Atasi Perubahan Iklim dan Keamanan Global Bersama

Selain itu, Badi Katrina yang terjadi pada 2005 di AS disebut menjadi bencana paling mahal karena kerugiannya mencapai 163,61 miliar dollar AS.

Laporan tersebut menunjukkan tren bencana yang semakin meningkat di mana jumlah bencana meningkat hampir lima kali lipat sejak 1970-an hingga 10 tahun terakhir.

Ini juga mengindikasikan bahwa pemanasan global membuat bencana dan cuaca ekstrem menjadi lebih sering di seluruh dunia.

WMO juga mengaitkan bahwa semakin parah perubahan iklim maka semakin banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia.

Baca juga: Mengenang 3 Tahun Aksi Greta Thunberg Protes Perubahan Iklim

Kerugian yang ditanggung akibat bencana juga semakin meningkat bila 1970-an dibandingkan pada 2010-an.

"Kerugian ekonomi meningkat seiring meningkatnya eksposur," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam kata pengantar publikasi tersebut.

Kendati jumlah kerugian semakin banyak, jumlah korban tewas justru menurun bila 1970-an dibandingkan pada 2010-an.

Penurunan jumlah korban jiwa ini tak lepas dari mitigasi dan peringatan dini mengenai bencana yang semakin baik dari tahun ke tahun.

Baca juga: Laporan Perubahan Iklim PBB Picu Aksi Protes dan Corat-coret di Australia

"Peningkatan sistem peringatan dini multi-bahaya membuat penurunan angka kematian yang signifikan," tambah Taalas.

WMO berharap laporan tersebut dapat digunakan pemerintah guna membantu mengembangkan kebijakan untuk melindungi masyarakat dengan lebih baik.

Di sisi lain, Hanya setengah dari 193 anggota WMO yang memiliki sistem peringatan dini multi-bahaya.

Publikasi juga menuliskan bahwa kesenjangan yang parah dalam pengamatan cuaca, terutama di Afrika, juga merusak keakuratan sistem peringatan dini.

Baca juga: Kebakaran Hutan Landa AS, Biden Tegaskan Cegah Perubahan Iklim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Toko Roti di Gaza Dibuka Kembali... 

Saat Toko Roti di Gaza Dibuka Kembali... 

Global
[POPULER GLOBAL] Sejarah Kelam Serangan Israel di Iran | Aksi Pria Perancis Lawan Penikam di Sydney

[POPULER GLOBAL] Sejarah Kelam Serangan Israel di Iran | Aksi Pria Perancis Lawan Penikam di Sydney

Global
Menlu China Wang Yi Akan ke Indonesia Pekan Ini

Menlu China Wang Yi Akan ke Indonesia Pekan Ini

Global
Ukraina Kehabisan Rudal untuk Lindungi Pembangkit Listrik Utama

Ukraina Kehabisan Rudal untuk Lindungi Pembangkit Listrik Utama

Global
Bom-bom Israel Seberat 453 Kg Ditemukan di Sekolah-sekolah Gaza

Bom-bom Israel Seberat 453 Kg Ditemukan di Sekolah-sekolah Gaza

Global
Israel Lancarkan Serangan Diplomatik ke Iran, Minta 32 Negara Jatuhkan Sanksi

Israel Lancarkan Serangan Diplomatik ke Iran, Minta 32 Negara Jatuhkan Sanksi

Global
Terumbu Karang Dunia Alami Pemutihan Massal, Ada Apa?

Terumbu Karang Dunia Alami Pemutihan Massal, Ada Apa?

Global
Lawrence Wong Akan Jadi PM Baru Singapura pada 15 Mei 2024

Lawrence Wong Akan Jadi PM Baru Singapura pada 15 Mei 2024

Global
NASA Ungkap Asal-usul Benda Luar Angkasa yang Tembus Atap Rumah Warga AS

NASA Ungkap Asal-usul Benda Luar Angkasa yang Tembus Atap Rumah Warga AS

Global
Restoran Italia Tawarkan Sebotol Anggur Gratis pada Pelanggan yang Tak Main Ponsel

Restoran Italia Tawarkan Sebotol Anggur Gratis pada Pelanggan yang Tak Main Ponsel

Global
Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Internasional
Rangkuman Hari Ke-782 Serangan Rusia ke Ukraina: PLTN Hampir Terjadi Insiden | Biden Ajukan Permohonan Bantuan

Rangkuman Hari Ke-782 Serangan Rusia ke Ukraina: PLTN Hampir Terjadi Insiden | Biden Ajukan Permohonan Bantuan

Global
Surat Kabar Lebanon Perkenalkan Presiden AI demi Pecah Kebuntuan Politik

Surat Kabar Lebanon Perkenalkan Presiden AI demi Pecah Kebuntuan Politik

Global
Badan Nuklir PBB: Sikap Sembrono Rusia-Ukraina di PLTN Zaporizhzhia Bahayakan Dunia

Badan Nuklir PBB: Sikap Sembrono Rusia-Ukraina di PLTN Zaporizhzhia Bahayakan Dunia

Global
Pria Perancis yang Melawan Pelaku Penikaman Massal Sydney Dijanjikan Visa Australia

Pria Perancis yang Melawan Pelaku Penikaman Massal Sydney Dijanjikan Visa Australia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com