Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalah Besar di Lembah Panjshir, Taliban Minta Milisinya Hentikan Serangan

Kompas.com - 02/09/2021, 09:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

KABUL, KOMPAS.com - Taliban telah meminta anggotanya di benteng pertahanan Lembah Panjshir untuk meletakkan senjata mereka. Pasalnya, gerakan perlawanan mengatakan berhasil menangkis serangan berat pasukannya.

Lembah pegunungan yang terjal dengan puncak yang tertutup salju yang menjulang - yang dimulai sekitar 50 mil di utara ibu kota Kabul, adalah pusat kantong pasukan anti-Taliban bersenjata paling penting di Afghanistan.

Baca juga: Video Eksodus Pengungsi Afghanistan, Jalan Bermil-mil Lewati Gurun Lintasi Perbatasan ke Iran

Front Perlawanan Nasional (NRF), yang terdiri dari pejuang milisi anti-Taliban dan mantan pasukan keamanan Afghanistan, telah bersumpah mempertahankan daerah kantong itu, ketika milisi Taliban mengirim pejuang untuk mengepung daerah itu.

"Saudara-saudaraku, kami mencoba yang terbaik untuk memecahkan masalah Lembah Panjshir dengan pembicaraan dan negosiasi ... tapi sayangnya semua sia-sia," kata pejabat senior Taliban Amir Khan Muttaq, dalam pesan audio kepada orang-orang Panjshir yang diunggah di Twitter.

"Sekarang pembicaraan telah gagal dan Mujahiddin (Taliban) telah mengepung Lembah Panjshir, masih ada orang di dalam yang tidak ingin masalah diselesaikan secara damai," tambahnya.

“Sekarang terserah Anda untuk berbicara dengan mereka,” kata pesan Taliban kepada orang-orang Lembah Panjshir. “Mereka yang ingin bertarung, beri tahu mereka bahwa itu sudah cukup.”

Bismillah Mohammadi, menteri pertahanan Afghanistan sebelum pemerintah jatuh bulan lalu, mengatakan Taliban meluncurkan serangan baru di Lembah Panjshir pada Selasa malam (31/8/2021) melansir Daily Mail.

"Tadi malam teroris Taliban menyerang Panjshir, tetapi dikalahkan," kicau Mohammadi Rabu, mengklaim 34 Taliban tewas dan 65 terluka.

“Orang-orang kita tidak perlu khawatir. Mereka mundur dengan banyak korban.”

Baca juga: Mantan Jenderal AS Bocorkan Kelemahan Operasi Terakhir AS di Afghanistan

Penduduk dan pejuang di Lembah Panjshir, banyak di antaranya memerangi Taliban ketika mereka terakhir berkuasa dari 1996 hingga 2001, menyampaikan pesan yang menantang.

“Kami siap mempertahankannya sampai tetes darah terakhir,” kata seorang warga.

"Setiap orang memiliki senjata di bahu mereka dan siap untuk menembak," kata yang lain. “Dari yang termuda hingga yang tertua, mereka semua berbicara tentang perlawanan.”

Krisis baru

Sementara itu di kota-kota Afghanistan lainnya, antrean panjang di luar bank dan melonjaknya harga di pasar-pasar menjadi kekhawatiran sehari-hari, yang kini dihadapi penduduk setelah perebutan kota secara spektakuler dua minggu lalu.

Bagi Taliban, kesulitan ekonomi yang meningkat muncul sebagai tantangan terbesar mereka. Mata uang yang merosot dan inflasi yang meningkat menambah kesengsaraan di negara di mana lebih dari sepertiga penduduknya hidup dengan kurang dari 2 dollar AS (Rp 28.482) per hari.

Bahkan untuk mereka yang relatif kaya, banyak kantor dan toko yang masih tutup dan gaji yang belum dibayar selama berminggu-minggu. Alhasil, perjuangan sehari-hari untuk menyiapkan makanan telah menjadi tantangan yang luar biasa.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com