Kabinet juga diperkirakan akan berada di bawah tekanan internasional besar-besaran untuk mengantarkan reformasi ekonomi, memastikan pemilihan parlemen 2022 berlangsung sesuai jadwal, dan memulai kembali negosiasi dengan Dana Moneter Internasional.
Mikati adalah politisi ketiga yang ditugaskan untuk membentuk kabinet, setelah mantan Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri pasca ledakan pelabuhan, yang merenggut lebih dari 200 nyawa dan menghancurkan seluruh lingkungan di ibu kota.
Baca juga: Pertama dalam 7 Tahun, Jet Tempur Israel Serang Wilayah Lebanon
Beberapa hari setelah ledakan, Presiden Perancis Emmanuel Macron mempelopori inisiatif untuk menengahi resolusi politik di Lebanon dalam upaya untuk mencegah keruntuhan negara.
Politisi terkemuka pada saat itu berjanji untuk membentuk pemerintahan dalam beberapa minggu. Tetapi serangkaian negosiasi yang gagal antara kelompok saingan menempatkan proses pembentukan ke jalan buntu.
Kondisi itu memperburuk krisis ekonomi yang memburuk dengan cepat dengan mata uang lira kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dari saat sebelum krisis. Keadaan itu juga memicu kekurangan bahan bakar dan obat-obatan yang parah.
Mikati dan saudaranya, dan mitra bisnis utama, Taha, adalah orang terkaya di Lebanon. Pada bulan Juli, operator telekomunikasi Norwegia, Telenor, menjual operasinya di Myanmar kepada perusahaan Mikati, M1 Group, dengan harga 105 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.