Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Terkaya di Lebanon Ditunjuk Jadi Perdana Menteri Baru Saat Negara Dilanda Krisis Parah

Kompas.com - 11/09/2021, 15:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

BEIRUT, KOMPAS.com - Pemerintah baru Lebanon akhirnya terbentuk di tengah krisis yang melanda negara itu, sekaligus mengakhiri kekosongan kekuasaan selama lebih dari setahun yang dimulai tak lama setelah ledakan pelabuhan Beirut Agustus 2020.

Najib Mikati, seorang miliarder yang telah dua kali menjabat sebagai perdana menteri, akan kembali memimpin kabinet menteri.

Dia akan memimpin Lebanon yang kini dilanda salah satu depresi ekonomi terburuk di dunia sejak pertengahan abad ke-19, menurut Bank Dunia.

Baca juga: Antre Berjam-jam demi Bahan Bakar, Warga Lebanon Ramai-ramai Shalat di Pom Bensin

“Mikati mengunjungi Presiden Lebanon Michel Aoun di Istana Kepresidenan Baabda di mana dia menandatangani dekrit untuk membentuk pemerintahan baru di hadapan Ketua Parlemen Nabih Berri,” kata Kepresidenan Lebanon melansir CNN pada Jumat (10/8/2021).

Berbicara kepada bangsa setelah pertemuan itu, Mikati mengatakan dia akan mencoba untuk "menghentikan keruntuhan negara."

"Situasinya sulit, sangat sulit," kata Mikati ketika suaranya tercekat dalam pidatonya yang emosional.

"Namun bukan tidak mungkin jika kita bersatu ... prioritas kita adalah untuk meredakan penderitaan rakyat Lebanon" katanya.

Menurutnya, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membuka pintu dengan dunia Arab. Dia pun mengaku hari ini Lebanon membutuhkan bantuan dunia Arab.

Pemerintah baru termasuk George Qiradhi, yang sebelumnya menjadi pembawa acara televisi populer, "Who Wants to Be a Millionaire".

Baca juga: Tangki Bahan Bakar Ilegal Meledak di Lebanon, 28 Tewas 79 Luka-luka

Sementara menteri keuangan dipegang oleh tokoh kontroversial Yousuf Khalil. Khalil adalah direktur operasi keuangan di Bank Sentral Lebanon dan arsitek program keuangan yang berusaha menarik simpanan dengan menawarkan suku bunga tinggi.

Program Khalil dinilai berkontribusi pada krisis perbankan yang telah menghancurkan simpanan di seluruh negera itu.

Menteri Kesehatan yang baru, Firass Abiad, mengepalai rumah sakit umum pertama yang menerima pasien virus corona dan memainkan peran utama dalam menangani pandemi.

Menteri Luar Negeri Abdallah Bouhabib adalah duta besar Lebanon untuk Washington dari tahun 1983 hingga 1990.

Lebanon menghadapi krisis keuangan yang parah yang mengakibatkan mata uang kehilangan lebih dari 90 persen nilainya.

Setelah pengumuman Jumat (10/9/2021), lira Lebanon terapresiasi di pasar gelap dari 19.000 lira per dolar menjadi sekitar 15.000 lira per dolar.

Kabinet juga diperkirakan akan berada di bawah tekanan internasional besar-besaran untuk mengantarkan reformasi ekonomi, memastikan pemilihan parlemen 2022 berlangsung sesuai jadwal, dan memulai kembali negosiasi dengan Dana Moneter Internasional.

Mikati adalah politisi ketiga yang ditugaskan untuk membentuk kabinet, setelah mantan Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri pasca ledakan pelabuhan, yang merenggut lebih dari 200 nyawa dan menghancurkan seluruh lingkungan di ibu kota.

Baca juga: Pertama dalam 7 Tahun, Jet Tempur Israel Serang Wilayah Lebanon

Beberapa hari setelah ledakan, Presiden Perancis Emmanuel Macron mempelopori inisiatif untuk menengahi resolusi politik di Lebanon dalam upaya untuk mencegah keruntuhan negara.

Politisi terkemuka pada saat itu berjanji untuk membentuk pemerintahan dalam beberapa minggu. Tetapi serangkaian negosiasi yang gagal antara kelompok saingan menempatkan proses pembentukan ke jalan buntu.

Kondisi itu memperburuk krisis ekonomi yang memburuk dengan cepat dengan mata uang lira kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dari saat sebelum krisis. Keadaan itu juga memicu kekurangan bahan bakar dan obat-obatan yang parah.

Mikati dan saudaranya, dan mitra bisnis utama, Taha, adalah orang terkaya di Lebanon. Pada bulan Juli, operator telekomunikasi Norwegia, Telenor, menjual operasinya di Myanmar kepada perusahaan Mikati, M1 Group, dengan harga 105 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com