Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Ayah di Afghanistan Terpaksa Menjual Anaknya untuk Bisa Beri Makan Keluarga

Kompas.com - 09/09/2021, 22:23 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

KABUL, KOMPAS.com - Seorang ayah di Afghanistan yang putus asa mengungkapkan terpaksa menjual anaknya 420 poundsterling (Rp 8,3 juta) untuk memberi makan anggota keluarga yang tersisa.

Mir Nazir satu di antara jutaan orang Afghanistan, yang menghadapi kesengsaraan hidup di bawah kendali Taliban, yang sekarang mulai menerapkan aturan keras mereka.

Ketika nilai tukar mata uang Afghanistan jatuh dan harga-harga melambung, banyak orang Afghanistan terpaksa menjual apa pun yang mereka miliki untuk dapat bertahan hidup.

Baca juga: China Janjikan Bantuan Rp 441,6 Miliar untuk Afghanistan di Bawah Pemerintahan Taliban

Nazir, pria 38 tahun yang seorang mantan perwira polisi menghadapi keputusan yang sangat sulit untuk menjual anak sendiri yang berusia 4 tahun kepada penjaga toko yang tidak memiliki anak.

Keputusannya itu semata untuk bisa memberi makan seluruh anggota keluarganya yang lain, seperti yang dilansir The Sun pada Kamis (9/9/2021).

Dia telah tawar-menawar dengan pemilik toko di pasar Jada-e-Maiwan, Kabul, menurut laporan The Times.

"Saya akan lebih memilih mati dari pada menjual anak perempuan saya," ujarnya sedih.

"Namun, kematian saya tidak dapat menyelamatkan semua keluarga saya. Siapa yang akan memberi makana anak-anak saya yang lain? Ini tentang pilihan. Ini tentang keputusasaan," lanjutnya dengan pahit.

Baca juga: AS Akui Masih Ada Beberapa Pesawat Evakuasi Ditahan di Afghanistan

"Saya menerima tawaran dari pemilik toko, seorang pria yang saya tahu dia tidak memiliki anak," ucapnya.

Dia mengatakan pemilik toko menawarkan 20.000 afghani untuk membeli putrinya Safia, yang akan tinggal bersama dan mulai bekerja di tokonya.

"Jika saya bisa mendapatkan 20.000 afghani untuk membelinya kembali, dia bilang begitu," ujarnya.

"Tapi, saya tidak bisa menjual anak perempuan saya dengan harga harga semurah itu, jadi saya meminta 50.000 afghani. Kami masih berdiskusi," ungkapnya.

"Dia mungkin memiliki masa depan yang lebih baik dengan bekerja di toko dari pada tinggal bersama saya, dan harganya mungkin menyelamatkan keluarga saya," terangnya.

Baca juga: PM Interim Afghanistan Minta Orang yang Bekerja dengan AS untuk Pulang

Nazir melarikan diri ke Kabul bersama istri dan 5 anaknya sebelum Taliban merebut ibu kota, dan sekarang bekerja sebagai kuli di pasar. Namun, upahnya tidak cukup untuk membayar sewa.

"Kami lega bahwa perang dan pertempuran telah berakhir, tetapi kami semua menghadapi musuh baru, kemiskinan," katanya.

Keadaan ekonomi Afghanistan yang mengerikan telah diperburuk oleh penarikan pasukan bantuan asing, yang menyumbang tiga perempat dari pengeluaran publik.

Cadangan uang dari pemerintah Afghanistan sebelumnya juga telah dibekukan, saat Taliban merebut kendali negara.

Pada akhir Agustus, Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP PBB) memperingatkan bahwa pasokan makanan di Afghanistan akan segera habis.

WFP mengatakan sedang berjuang mendapatkan pasokan untuk negara yang berpenduduk 18,5 juta orang dan bergantung pada bantuan asing.

Baca juga: Protes Pecah di Kabul, Taliban Kunci Perempuan Afghanistan di Ruang Bawah Tanah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com