WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden menyatakan, China masih memegang informasi penting mengenai asal usul Covid-19.
Pernyataannya terjadi setelah AS menerbitkan sebagian laporan intelijen, yang secara tersirat belum mengakui virus corona adalah senjata biologis.
Meski begitu, Washington tidak yakin "Negeri Panda" tidak tahu mengenai virus itu sebelum wabah yang sudah merenggut nyawa 4,5 juta di seluruh dunia.
Baca juga: Penyelidikan Asal-usul Covid-19: Intelijen AS Masih Kebingungan
"Informasi penting mengenai dari mana pandemi ini masih dipegang Republik Rakyat China (PRC)," kata Biden dalam pernyataan yang dirilis.
Presiden 78 tahun itu menduga, Beijing sejak awal sudah mencegah penyidik internasional untuk memperoleh informasi.
"Sampai detik ini, PRC terus menolak seruan transparansi dan menahan informasi, bahkan ketika korban terus bertambah," lanjut Biden.
Merujuk pada laporan yang sebagian dipublikasikan, intelijen AS menolak dugaan bahwa Covid-19 dikembangkan sebagai senjata.
Beberapa badan telik sandi setempat menyatakan "keyakinan rendah" bahwa corona itu direkayasa secara genetika.
Hanya, mereka terbelah terkait asal usulnya. Empat lembaga dan Dewan Intelijen Nasional kompak menyebut penyebabnya alamiah.
Baca juga: Penyelidikan Mandek, Peluang Ungkap Asal Usul Covid-19 Hampir Tertutup
Artinya, virus tersebut kemungkinan berasal dari hewan, dan menjangkiti manusia melalui perantaraan binatang lain.
Dilansir AFP Sabtu (28/8/2021), hanya satu badan telik sandi yang menyebut virus itu berasal dari kebocoran laboratorium.
Ringkasan laporan itu pada intinya menyoroti banyak faktor yang membuat mereka berbeda dalam menimbang temuan.
Baik intelijen maupun komunitas ilmiah mengaku kesulitan mendapatkan sampel klinis atau data epidemiologi terkait kasus awal corona.
Biden menyatakan, mereka akan terus mencoba menekan Beijing supaya bersedia membagikan data awalnya dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga: Intelijen AS Masih Bingung Soal Asal-usul Covid-19
Merespons laporan tersebut, Kedutaan Besar China di Washington menyerang intel AS, dan membela cara penanganan mereka terhadap corona.