Pada saat pasukan Kobayakawa menuruni lereng tersebut setelah ditembaki panah dari pasukan Tokugawa, yang mereka serang adalah pasukan Otani.
Saat itu pasukan Otani masih dapat bertahan, namun seiring dengan bertambahnya pengkhianatan, Kobayakawq akhirnya berhasil menjebol pertahanan pasukan Otani.
Otani pun mengakhiri pertahanannya dengan melakukan ritual seppuku.
Kehilangan pertahanan sebelah selatan, pasukan Ishida akhirnya menyadari bahwa mereka telah kalah.
Sebagian besar di antara mereka menyerah dan menurunkan senjata mereka, termasuk Ishida sendiri, yang kabur ke Gunung Ibuki.
Hanya pasukan Shimazu yang bertahan, melawan pasukan Naomasa Ii dan pasukan Iblis Merah-nya, dan berhasil melukai Naomasa dengan tembakan senapan melalui lengannya.
Namun pada akhirnya Shimazu pun mengakui kekalahannya, dan terpaksa mundur dari pertempuran.
Baca juga: Permaisuri Jingu: Sang Legenda Samurai Wanita Penakluk Korea
Terjepit di Akhir
Dengan jalan kabur ke utara kini tertutup, pilihan terakhirnya adalah melalui bagian tengah pasukan Tokugawa dan mengambil jalan ke arah Ise.
Dengan menukar helmnya dengan helm keponakannya, Shimazu berhasil melalui pasukan Tokugawa dengan masih dikejar pasukan Naomasa Ii.
Begitu tiba di jalan Ise, keponakan Shimazu bertahan di belakang untuk menahan pasukan pengejar, dan akhirnya terbunuh,
Shimazu sendiri dapat kembali ke Kyushu dengan selamat bersama 80 orang pasukannya.
Ishida sendiri tertangkap tiga hari kemudian setelah pertempuran di Gunung Ibuki.
Sang pembela putra mahkota ini pun dieksekusi di tepian sungai di Kyoto beberapa hari kemudian, bersama dengan pemimpin pasukan barat lain yang tertangkap.
Sementara pemimpin-pemimpin lain banyak yang diusir atau dicabut hak kepemilikan wilayahnya.
Baca juga: 5 Film Berikut Tampilkan Perkelahian Panas antara Petarung Samurai
Setelah kemenangannya ini, Tokugawa mulai membagi-bagikan wilayah kekuasaannya untuk menguatkan posisinya, dan memulai hegemoni Keshogunan Tokugawa.
Ini adalah sistem diktator militer yang bertahan selama 265 tahun di Jepang, hingga tahun 1868.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.