Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Merajalela, Biden Salahkan Trump dan Presiden Afghanistan

Kompas.com - 17/08/2021, 16:34 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden menyalahkan pendahulunya, Donald Trump dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sebagai penyebab Taliban merajalela.

Negara di antara Asia selatan dan tengah itu jatuh ke tangan pemberontak dengan dikuasainya ibu kota Kabul akhir pekan kemarin.

Jatuhnya Afghanistan terjadi setelah pemberontak melancarkan serangan masif pada Mei, atau ketika AS mengumumkan penarikan pasukan.

Baca juga: Taliban Berkuasa, Afghanistan Batal Ikut Paralimpiade Tokyo

Mendapat tekanan dari banyak kubu karena tetap meneruskan pemulangan militer, Biden angkat bicara dalam konferensi pers Senin (16/8/2021).

Presiden ke-46 AS itu menyatakan, dia terpaksa melakukannya karena tersandung kesepakatan antara Trump dan Taliban.

Jika mengacu kepada kesepakatan Donald Trump, pasukan AS seharusnya angkat kaki dari Afghanistan pada 1 Mei.

Namun tatkala Joe Biden terpilih Januari lalu, dia sempat memundurkan jadwal pemulangan bertepatan dengan 20 tahun tragedi 11 September 2001.

Namun, presiden dari Partai Demokrat tersebut akhirnya mempercepat penarikan akan selesai pada akhir Agustus ini.

"Pasukan AS sudah dikurangi dari 15.500 ke 2.500 prajurit. Taliban pun berada dalam posisi terkuatnya sejak 2001," kata dia.

Baca juga: Kenapa Amerika Meninggalkan Afghanistan sehingga Taliban Merajalela? Begini Ceritanya...

Dilansir India Today, mantan senator Delaware itu hanya mempunyai dua opsi: menuruti kesepakatan pendahulunya atau meneruskan konflik.

Apalagi selepas tenggat waktu 1 Mei itu, tidak ada jaminan pasukan "Negeri Uncle Sam" akan aman dari serbuan pemberontak.

Dia pun memutuskan untuk menarik pulang pasukan AS dengan risiko dikritik, daripada membuat penerusnya kelabakan.

Biden menegaskan ini adalah keputusan terbaik bagi rakyatnya. "Saya tetap pada keputusan saya," paparnya.

Selain Trump, mantan wakil Barack Obama tersebut juga melayangkan kecaman kepad Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Baca juga: Taliban Umumkan Amnesti Massal untuk Pegawai Pemerintah Afghanistan

Dilansir New York Post, sang presiden menyatakan dia sebenarnya sudah menghubungi Ghani dan pejabatnya, Abdullah Abdullah.

Dalam pertemuan di Gedung Putih Juni, dia menyarankan agar Ghani mengedepankan solusi politik dan diplomasi.

"Namun Tuan Ghani menolaknya. Beliau mengatakan tentara Afghanistan akan melawan. Tetapi jelas dia salah," keluhnya.

Karena itu dengan militer Afghanistan yang tidak punya daya uang, dia tidak ingin mengorbankan lebih banyak prajuritnya ke sana.

"Berapa banyak nisan yang harus dipahat di Pemakaman Nasional Arlington? Saya tetap pada keputusan saya, tidak akan mengulangi kesalahan di masa lalu," ujar dia.

Baca juga: Kenapa Taliban Tidak Membantu Palestina dan Tak Menyerang Israel?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com