Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekap Peristiwa Penting di Afghanistan Sejak Invasi AS pada 2001

Kompas.com - 16/08/2021, 18:17 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Afghanistan kembali jatuh di tangan Taliban, setelah Kabul, kota utama terakhir yang berhasil diambil alih pada Minggu (15/8/2021).

Berikut rekap peristiwa penting di Afghanistan yang dilanda perang, sejak rezim pertama Taliban digulingkan dalam invasi Barat yang dipimpin AS pada 2001, seperti yang dilansir dari AFP pada Senin (16/8/2021):

Baca juga: VIDEO: Bandara Kabul Kacau, Ribuan Warga Afghanistan Rebutan Naik Pesawat untuk Lari dari Taliban

2001: peristiwa 9/11 dan "Perang Teror"

Presiden George W Bush meluncurkan "Perang Teror" sebagai respons terhadap serangan 11 September (9/11) yang membunuh sekitar 3.000 orang, dengan membombardir Afghanistan dari udara pada 7 Oktober 2001.

Pemerintah Taliban telah melindungi Osama bin Laden dan gerakan Al-Qaeda, yang mendalangi 9/11.

Berkuasa sejak 1996, Taliban segera dikalahkan dan melarikan diri dari ibu kota Afghanistan, Kabul, pada 6 Desember.

Hamid Karzai ditunjuk untuk memimpin pemerintahan sementara dan NATO mulai mengerahkan Pasukan Bantuan Keamanan Internasionalnya.

2004: pemilihan presiden pertama

Pemilu pertama Afghanistan di bawah sistem baru diadakan pada 9 Oktober 2004 dengan jumlah pemilih yang antusias sebesar 70 persen. Hamid Karzai memenangkan 55 persen suara.

Taliban berkumpul kembali di selatan dan timur, serta melintasi perbatasan di Pakistan, dan melancarkan pemberontakan.

Baca juga: China hingga Rusia Bersiap Akui Kepemimpinan Taliban di Afghanistan

2008-2011: bala bantuan AS

Saat serangan berlipat ganda, komando AS pada 2008 meminta lebih banyak pasukan dan bala bantuan pertama dikirim.

Karzai terpilih kembali pada 20 Agustus 2009 dalam pemilu yang dirusak oleh penipuan besar-besaran, jumlah pemilih yang rendah dan serangan Taliban.

Pada 2009, Presiden Barack Obama, yang telah berkampanye dengan janji untuk mengakhiri perang Afghanistan, melipatgandakan jumlah pasukan AS menjadi 68.000. Pada 2010, mencapai sekitar 100.000.

Osama bin Laden tewas pada 2 Mei 2011 dalam operasi pasukan khusus AS di Pakistan.

Pada 22 Juni, Obama mengumumkan awal penarikan pasukan AS, dengan keberangkatan pada pertengahan 2012 sebanyak 33.000 tentara.

2014: Keluarnya NATO

Pada Juni 2014, Ashraf Ghani terpilih sebagai presiden, tetapi pemungutan suara dirusak oleh kekerasan dan perselisihan sengit atas klaim penipuan.

Pada Desember, NATO mengakhiri misi tempur 13 tahun, tetapi sejumlah tentara tetap melatih militer Afghanistan.

Tahun berikutnya, Taliban membuat kemajuan militer terbesar mereka sejak digulingkan pada 2001.

Kelompok milisi itu juga menjadi aktif di wilayah tersebut. Serangan berdarah berkembang biak, terutama di Kabul.

Baca juga: Kekacauan di Bandara Afghanistan: Suara Tembakan Picu Kepanikan, Warga Berebut Naik Pesawat

2020: Kesepakatan AS-Taliban, pemilihan yang disengketakan

Ashraf Ghani dinyatakan menang untuk masa jabatan kedua pada 18 Februari 2020, sebuah pengumuman yang ditolak oleh saingannya dan mantan menteri Abdullah Abdullah, yang bersumpah untuk membentuk pemerintahan paralelnya sendiri.

Pada 29 Februari, Amerika Serikat dan Taliban menandatangani kesepakatan bersejarah di Doha, di mana semua pasukan asing akan meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021, asalkan pemberontak memulai pembicaraan dengan Kabul dan mematuhi jaminan keamanan lainnya.

Kesepakatan pembagian kekuasaan mengakhiri perseteruan sengit Ghani-Abdullah pada Mei. Abdullah mengambil peran memimpin negosiasi perdamaian.

Pembicaraan dimulai pada September, tetapi kekerasan meningkat dan Taliban disalahkan atas gelombang pembunuhan yang ditargetkan.

Mei 2021: Penarikan pasukan asing

Pada 1 Mei 2021 Amerika Serikat dan NATO mulai menarik 9.500 tentara mereka, 2.500 di antaranya adalah tentara Amerika.

Pada Mei, Amerika menarik diri dari pangkalan udara Kandahar.

Pada 2 Juli, pangkalan udara Bagram, pangkalan yang terbesar di Afghanistan, dan pusat dari operasi koalisi pimpinan AS, diserahkan kepada pasukan Afghanistan.

Presiden Joe Biden mengatakan bahwa penarikan pasukan AS akan selesai pada 31 Agustus, sebelum peringatan 20 tahun serangan 9/11.

Baca juga: Taliban Rebut Kabul, Inggris dan NATO Tak Berniat Kembali ke Afghanistan

Mei-Agustus 2021: Serangan Taliban

Para pemberontak Taliban melancarkan serangan kilat ke seluruh Afghanistan, menguasai wilayah pedalaman yang luas saat pasukan asing terakhir mulai menarik diri.

Taliban merebut ibu kota provinsi pertama mereka, Zaranj di barat daya, pada 6 Agustus.

Kota-kota besar lainnya jatuh dalam beberapa hari kemudian, termasuk Kandahar dan Herat, masing-masing kota terbesar kedua dan ketiga di Afghanistan.

Sebagian besar utara, barat, dan selatan Afghanistan sudah berada di bawah kendali Taliban pada 13 Agustus.

Pentagon mengatakan Kabul tampaknya tidak menghadapi "ancaman dalam waktu dekat".

Agustus 2021: Jatuhnya Kabul

Para pemberontak Taliban sepenuhnya mengepung ibu kota pada 15 Agustus dengan mengambil alih Jalalabad di timur Afghanistan.

Sehingga, Kabul menjadi satu-satunya kota di bawah kendali pemerintah.

Hal itu membuat berbagai negara melakukan misi diplomatik untuk mengevakuasi para pejabat dan staf lokal yang takut akan pembalasan dari Taliban.

Sementara itu, Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu, dilaporkan ke Tajikistan.

Kemudian, Taliban memasuki Kabul, akhirnya mengambil posisi di istana presiden. Dalam sebuah pernyataan, Ghani mengakui para pemberontak telah "menang".

Baca juga: Pemerintahan Biden Akui Salah Perhitungan Tarik Pasukan AS dari Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com