BRASIL, KOMPAS.com - Petugas polisi menemukan catatan terakhir dari anak laki-laki 7 tahun yang dibunuh dan dibuang di sungai, berisi kalimat memilukan.
Polisi Brasil yakin Yasmin Vaz dos Santos Rodrigues (26 tahun) yang memaksa anaknya menuliskan kalimat "Saya idiot" dan "Saya tidak pantas memiliki ibu", sebelum membiusnya dan membuang jasadnya ke sungai.
Catatan Miguel dos Santos Rodrigues, anak Rodrigues yang tewas berusia 7 tahun ditemukan di rumahnya.
Baca juga: Tiga Anak yang Mencari Ternak di Tanzania Dibunuh Singa dekat Suaka Margasatwa
"Saya buruk. Saya kejam. Saya jahat. Saya payah. Saya tidak tahu bagaimana menghargai siapa pun. Saya anaknya yang mengerikan," demikian isi catatannya.
Melansir The Sun pada Sabtu (7/8/2021), polisi Berasil percaya, Rodrigues telah memaksa putranya untuk menulis kalimat mengintimidasi secara berulang-ulang itu.
Rodrigues telah ditangkap polisi di Imbe, Brasil pada 30 Juli lalu, setelah dia mengaku mmebunuh putranya sendiri.
Ibu itu melapor ke polisi bahwa anaknya hilang, dua hari setelah ia membunuhnya.
Namun, akhirnya dia mengaku juga bahwa putranya itu telah ia bunuh dengan menyuntikkan anti-depresan. Kemudian, memasukkan tubuhnya ke dalam tas besar dan membuangnya di Sungai Tramandai.
Baca juga: Diganggu saat Berhubungan Seks, Pasangan Ini Bunuh Anak Mereka yang Berusia 3 Tahun
Setelah mengaku, petugas berwenang menggeledah rumahnya dan menemukan rantai besi yang diakui digunakan untuk mengikat Miguel di lemari.
Selain Rodrigues, rekan wanitanya, Bruna Nathieli Porto da Rosa (23 tahun) juga dicurigai terlibat dalam pembunuhan anak laki-laki 7 tahun itu.
Bruna mengancam anak itu yang terdokumentasi dalam sebuah video dan dilihat oleh polisi.
Dalam video itu Bruna berkata, "Jika ibumu datang dan kamu mengompol, aku akan menyeretmu dengan tongkat."
"Jika kamu ngompol, aku akan mengambil dan menjejalkannya ke wajahmu," lanjutnya.
"Apa kamu paham? Dan itu sangat mudah aku lakukan," ucapnya.
Baca juga: Apple Berencana Memindai iPhone di AS, Atasi Pelecehan Seksual Anak
Kepala polisi Antonio Carlos Ractz mengatakan bahwa anak laki-laki itu menjadi korban penelantaran dan penyiksaan yang intens.