Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru: Sekitar 3 Warga AS Hasilkan Emisi Karbon yang Bisa "Membunuh" 1 Orang

Kompas.com - 30/07/2021, 13:24 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Tiga orang Amerika menghasilkan cukup emisi karbon untuk membunuh satu orang, demikian temuan penelitian terbaru.

Dilansir Guardian, analisis ini mengacu pada studi kesehatan masyarakat yang menyimpulkan bahwa dalam setiap 4.434 metrik ton CO2 yang dihasilkan, satu orang secara global akan meninggal.

Gaya hidup sekitar tiga orang AS rata-rata akan menciptakan emisi pemanasan planet yang cukup untuk membunuh satu orang.

Baca juga: Uni Eropa Capai Kesepakatan Lingkungan, Targetkan Nol Emisi pada 2050

Selain itu, emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara tunggal kemungkinan akan mengakibatkan lebih dari 900 kematian, menurut analisis pertama yang menghitung kematian akibat emisi karbon.

Penelitian baru dibangun di atas apa yang dikenal sebagai "biaya sosial karbon", angka moneter yang ditempatkan pada kerusakan yang disebabkan oleh setiap ton emisi karbon dioksida.

Ini dilakukan dengan menetapkan perkiraan jumlah kematian dari emisi yang menyebabkan krisis iklim.

Analisis ini mengacu pada beberapa studi kesehatan masyarakat untuk menyimpulkan bahwa dalam setiap 4.434 metrik ton CO2 yang dipompa ke atmosfer melebihi tingkat emisi 2020, satu orang secara global akan mati sebelum waktunya akibat peningkatan suhu.

CO2 tambahan ini setara dengan emisi seumur hidup saat ini dari 3,5 orang Amerika.

Selian itu, pemanasan global disebut sudah mencapai titik kritis.

Baca juga: Arab Saudi Berambisi Menanam Pohon Sebanyak 10 Miliar untuk Kurangi Emisi Karbon

Menambahkan 4 juta metrik ton lebih lanjut di atas tingkat tahun lalu, yang diproduksi oleh rata-rata pabrik batu bara AS, akan menelan korban jiwa 904 orang di seluruh dunia pada akhir abad ini.

Dalam skala yang lebih besar, menghilangkan emisi pemanasan planet pada tahun 2050 akan menyelamatkan 74 juta nyawa di seluruh dunia pada abad ini.

Angka-angka perkiraan kematian akibat pelepasan emisi tidak pasti dan mungkin "sangat diremehkan" karena hanya memperhitungkan kematian terkait panas daripada kematian akibat banjir, badai, gagal panen, dan dampak lain dari krisis iklim.

Daniel Bressler dari Institut Bumi Universitas Columbia, yang menulis makalah tersebut, menyatakan, polusi udara yang disebabkan pembakaran bahan bakar fosil juga secara langsung bisa membunuh orang.

Sebelumnya, studi terkenal Universitas Harvard yang diterbitkan pada Februari menemukan bahwa lebih dari 8 juta orang secara global meninggal setiap tahun akibat efek kesehatan dari udara beracun.

Baca juga: Berambisi Capai Nol Emisi, Jepang Singkirkan Kendaraan ber-BBM pada 2035

“Ada sejumlah besar nyawa yang dapat diselamatkan jika Anda mengejar kebijakan iklim yang lebih agresif daripada skenario bisnis seperti biasa,” kata Bressler.

“Saya terkejut dengan jumlah kematian yang begitu besar. Ada beberapa ketidakpastian tentang ini, jumlahnya bisa lebih rendah tetapi bisa juga jauh lebih tinggi,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com