Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Covid-19 Tak Bisa Hilang, Begini Gambaran Hidup bersama Virus Corona

Kompas.com - 26/07/2021, 07:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Apakah ini berarti kita harus divaksin berulang kali, sama seperti vaksin flu?

Virus punya "misi" tersendiri: menyebarkan diri ke sebanyak mungkin orang. Oleh karena itulah, mutasi virus adalah hal yang biasa.

"Dari sudut pandang evolusi, virus ini butuh bermutasi supaya dia bisa menyebar ke lebih banyak orang. Virus yang berhasil adalah virus yang menyebar dengan mudah," Trudy Lang, Profesor Kesehatan Global di Oxford University, menjelaskan.

Mutasi virus-virus flu sangat umum terjadi, sampai-sampai komposisi dari vaksin flu ditinjau ulang oleh jejaring badan kesehatan setiap tahun. Ada pula berbagai penyakit lain, seperti tetanus, yang membutuhkan dosis booster sepanjang hidup kita.

Sejauh ini, virus corona telah berkembang menjadi setidaknya empat varian besar - termasuk yang paling mudah menular, varian Delta.

Varian ini pertama kali teridentifikasi di India dan saat ini menjadi alasan lonjakan kasus di Eropa, Asia, dan Amerika.

Statistik menunjukkan, vaksinasi manjur melawan Delta.

Sebagai contoh, data terakhir dari Layanan Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa 82 persen dari seluruh pasien yang terinfeksi varian ini di antara Februari sampai Juni dan membutuhkan perawatan di rumah sakit belum divaksin atau baru divaksin satu dosis.

Oleh karena itu, Layanan Kesehatan Inggris (NHS) telah merencanakan dosis ketiga atau booster vaksin sebelum musim dingin, yang akan diberikan kepada lebih dari 30 juta orang.

Di Amerika Serikat, Institut Kesehatan Nasional telah memulai uji klinis dengan orang-orang yang sudah divaksin penuh untuk mempelajari apakah suntikan booster akan menambah antibodi dan memperpanjang proteksi.

Kenyataannya, para ilmuwan masih belum tahu berapa lama imunitas dari vaksin Covid-19 yang ada sekarang bisa bertahan. Ini disebabkan, seluruh vaksin masih baru dan para peneliti masih menganalisis respons imun tubuh pada tipe-tipe vaksin berbeda.

"Belum ada yang tahu apakah kita butuh vaksin secara terus-menerus," ujar Profesor Heymann. "Covid-19 adalah virus yang berbeda dengan flu, dan merupakan kesalahan membuat orang berpikir sebaliknya pada saat ini."

Baca juga: Menengok Cara India Redakan Tsunami Covid-19, Bisakah Indonesia Tiru?

Apakah lockdown akan menjadi hal yang biasa?

Banyak negara terpaksa menetapkan karantina wilayah secara lokal atau nasional selama pandemi.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Banyak negara terpaksa menetapkan karantina wilayah secara lokal atau nasional selama pandemi.
Beberapa negara dan wilayah telah mencoba mengetatkan aturan perjalanan saat tingkat infeksi dan layanan rumah sakit naik.

Meskipun langkah ini terbukti membantu melambatkan penyebaran virus dan meringankan beban sistem kesehatan, lockdown membawa konsekuensi ekonomi, termasuk meningkatnya jumlah pengangguran.

Apakah karantina wilayah masih akan menjadi bagian dari skenario endemik? Ini tergantung pada kesuksesan program vaksinasi dalam mengurangi tingkat keterisian rumah sakit di setiap negara, kata para ahli.

Dalam beberapa bulan terakhir kita telah melihat karantina wilayah, baik secara lokal maupun nasional, di seluruh dunia: Australia, misalnya, me-lockdown tujuh kota, sementara Bangladesh memilih untuk membatasi pergerakan di seluruh negara.

"Sejauh yang memungkinkan, karantina wilayah akan menjadi bagian dari langkah penting bagi pemerintah sebuah negara dalam menghadapi penyebaran kasus," ujar Nicholas Thomas, profesor di bidang keamanan kesehatan di City University Hong Kong, kepada Bloomberg.

Apakah kita harus terus memakai masker?

Kewajiban memakai masker menjadi kontroversial di beberapa negara Barat.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Kewajiban memakai masker menjadi kontroversial di beberapa negara Barat.
Beberapa aturan dalam menghadapi pandemi memicu kontroversi, seperti kewajiban memakai masker.

Di Amerika Serikat, aturan ini bahkan menjadi perdebatan politik dalam Pemilu Presiden 2020.

Tapi kebijakan ini sangat disarankan oleh para ilmuwan, sebagai salah satu cara menahan penyebaran Covid-19, bahkan di area dengan tingkat vaksinasi tinggi.

"Jelas kita tidak bisa langsung memberlakukan karantina wilayah setiap kali ada lonjakan kasus," kata ahli perilaku publik Christina Gravert dari University of Copenhagen.

"Tapi sangat masuk akal untuk terus menghimbau orang-orang yang sakit untuk menjauh dari transportasi publik dan bekerja dari rumah, atau setidaknya memakai masker saat berada di sekitar orang lain."

Baca juga: Penyakit Langka Cacar Monyet Muncul Lagi Setelah 18 Tahun, Ini Gejalanya

Masker telah umum dipakai di beberapa negara Asia, tapi tidak di bagian dunia yang lain.

Survei tentang kemungkinan negara-negara Barat mewajibkan penggunaan masker cukup meragukan.

Amerika Serikat, contohnya, mengangkat kewajiban pemakaian masker pada April, dan tingkat pemakaiannya pada orang-orang yang sudah divaksin secara penuh menurun dari 74 persen ke 63 persen, menurut Indeks Coronavirus Axios-Ipsos.

Survei yang sama menemukan tingkat pemakaian masker juga menurun di antara orang-orang yang belum divaksin.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com