Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Mobil Listrik Melonjak, Apakah Litium akan Habis?

Kompas.com - 24/07/2021, 21:35 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Prosesnya terdengar sederhana: Air panas yang mengandung litium dipompa ke permukaan dari ribuan meter di bawah sungai Rhein, menghasilkan panas dan listrik. Bahan baku baterai dapat diekstraksi dari air dengan bantuan magnet sebelum mengalir kembali ke kedalaman.

"Kami bertujuan untuk memproduksi 40.000 ton litium karbonat per tahun pada 2025, dan itu akan cukup untuk membuat 1 juta baterai mobil per tahun," kata Kreuter.

Baca juga: 8 Mobil Listrik Tercepat di Dunia dengan Kecepatan Ratusan Mil per Jam

Apakah penambangan panas bumi aman?

Jika Vulcan berhasil, itu tidak hanya akan mengamankan litium yang dibutuhkan Jerman untuk rencana e-mobilitasnya; itu juga bisa mengubah Jerman dari importir menjadi salah satu produsen terbesar di dunia.

Tetapi seberapa ramah lingkungan penambangan litium geotermal di sekitar salah satu sungai terbesar di Eropa — Rhein?

"Ini adalah proses fisik, jadi kimia memainkan peran yang sangat kecil dalam apa yang kami lakukan. Proses produksi benar-benar tertutup. Tidak ada kontak dengan lingkungan, tidak ke udara dan tidak ke air," kata Kreuter.

Pakar DERA Michael Schmidt mengatakan, proyek Vulcan pada prinsipnya adalah ide yang bagus, tetapi masih banyak pertanyaan ilmiah sebelum sumber daya ini dapat dimanfaatkan.

Baca juga: Malaysia Segera Luncurkan Mobil Listrik Lokal Pertama, Harga di Bawah Rp 176 Juta

"Itu sangat tergantung pada keberhasilan pembangkit bertenaga panas bumi, yang akan menyediakan air asin," kata Schmidt.

Dan ada kendala lain: Beberapa penduduk wilayah Lembah Rhein tidak ingin ada pengeboran panas bumi di depan pintu mereka karena mereka takut itu bisa menyebabkan gempa bumi.

Pada 2006 proyek pertambangan panas bumi di perbatasan Jerman-Swiss menyebabkan serangkaian gempa bumi magnitudo 3 dan akhirnya dibatalkan. Para ahli mengatakan risiko gempa bumi hanya sebentar, tetapi juga tidak dapat dikesampingkan.

Baca juga: Khawatir Bisa Mengintai, Mobil Listrik Tesla Dilarang Masuk Kompleks Militer China

Apakah daur ulang adalah kuncinya?

Saat ini hanya 10 persen dari litium yang terkandung dalam baterai mobil listrik yang dapat didaur ulang.

Mengingat permintaan yang melonjak dan persediaan yang terbatas, UE telah merumuskan target daur ulang baru yang ambisius, di mana 70 persen litium harus dipulihkan dari baterai pada tahun 2030.

"Untuk memenuhi target tersebut, kami membutuhkan infrastruktur daur ulang dengan semua industri terkait," kata Schmidt, "tetapi ini belum ada, karena kami belum memiliki perkiraannya."

Bahkan jika infrastrukturnya sudah mapan, mendaur ulang litium dari baterai mobil tidak semudah kedengarannya.

Ini adalah bahan yang mudah terbakar yang memerlukan pembongkaran dan penyimpanan khusus, dan menurut Schmidt, hal itu terlalu mahal untuk sekarang.

Baca juga: Inikah Mobil Listrik Termurah di Dunia? Harganya Cuma Rp 120 Juta-an

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com