Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak 1972, Mengapa Tak Ada Lagi Manusia yang Pergi ke Bulan? Inilah 4 Alasannya

Kompas.com - 20/07/2021, 18:31 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Sampai detik ini, hanya ada 12 astronot pilihan NASA yang mendarat di bulan, dimulai dari perjalanan Neil Armstrong pada 20 Juli 2020.

Tapi, dilansir National Geographic, lebih dari 45 tahun setelah pendaratan di Bulan, yang perjalanan terakhirnya adalah Apollo 17 pada Desember 1972, tidak ada lagi misi pendaratan.

Lantas, mengapa belum ada manusia yang kembali melakukan perjalanan ke bulan selama lebih dari empat dekade? Inilah jawabannya.

Baca juga: Teori Konspirasi Sebut Manusia Tak Pernah Mendarat di Bulan, Bagaimana Sains Membantanhnya?

Rendahnya Anggaran

Program luar angkasa selalu memakan biaya tinggi.

Bahkan, Presiden AS Donald Trump yang sempat memberikan anggaran tahunan pada NASA sebesar 19,5 miliar dollar AS, masih dibilang kecil kalau dibandingkan tahun-tahun awal perjalanan ke bulan

“Porsi NASA dari anggaran negara bisa mencapai 4 persen pada 1965. Namun kini, di bawah 1 persen selama 15 tahun terakhir, bahkan hanya 0.4 persen,” kata Walter Cunningham, astronaut Apollo 7, dalam sebuah kongres pada 2015.

Laporan NASA yang dipublikasikan pada 2005, memperkirakan bahwa kembali ke bulan memerlukan biaya sekitar 104 miliar dollar AS selama 13 tahun.

Misi Apollo sendiri menghabiskan biaya 120 miliar dollar AS jika dihitung dengan harga saat ini.

Baca juga: Mengenang Michael Collins, Astronot Terlupakan yang Jadi Pilot Pendaratan Manusia Pertama di Bulan

Campur Tangan Presiden

Dari perspektif astronot, semua adalah tentang misi. Proses merancang, membuat, dan menguji pesawat luar angkasa agar bisa membawa manusia keluar dari Bumi, bisa memerlukan waktu lebih dari dua masa kepemimpinan presiden.

Namun, dari pola yang berlangsung selama ini, presiden dan anggota parlemen baru biasanya akan menggagalkan prioritas misi luar angkasa dari pemerintahan sebelumnya.

Pada 2004 contohnya, pemerintahan Bush memerintahkan NASA untuk mengganti pesawat luar angkasa yang akan segera pensiun, dan melaksanakan misi ke bulan.

Namun, setelah Obama terpilih sebagai presiden, Government Accountability Office merilis laporan yang menyatakan ketidakmampuan NASA untuk melanjutkan program Constellation.

Obama mendorong NASA untuk membatalkan program dan menandatangani perintah peluncuran roket luar angkasa SLS sebagai gantinya.

Baca juga: 52 Tahun Misi Apollo 11, Bagaimana Kabar Buzz Aldrin, Manusia Kedua yang Mendarat di Bulan?

Kurangnya Dukungan Publik

Kekuatan nyata yang bisa membuat misi ke Bulan tetap berjalan adalah kehendak rakyat AS untuk memilih politisi yang mampu melanjutkan prioritas kebijakan tersebut.

Namun, minat publik terhadap eksplorasi bulan sejauh ini agak berkurang.

Bahkan, pada misi Apollo pun, ketika Neil Amstrong dan Buzz Aldrin berhasil menginjakkan kaki di Bulan, hanya 53 persen warga AS yang merasa bahwa dana yang sudah dikeluarkan negara sebanding dengan hasilnya.

Berdasarkan polling dari Pew Research Center, saat ini, ada 55 persen rakyat AS yang mendukung NASA untuk kembali ke Bulan. Namun, sisanya menganggap bahwa misi itu tidak perlu dilakukan lagi.

Dukungan untuk mengeksplor Mars justru lebih besar. Sebanyak 63 persen orang menyatakan bahwa hal itu seharusnya menjadi prioritas NASA, bukan bulan.

Baca juga: Eagle Has Landed: 20 Juli 1969, Neil Armstrong Jadi Manusia Pertama yang Menginjakkan Kaki di Bulan

Kondisi Bulan

Kekhawatiran yang lebih besar adalah pecahan halus, yakninregolith atau debu Bulan, yang berada di permukaannya.

Madhu Thangavelu, insinyur aeronautika dari University of Southern California, menulis bahwa Bulan diselimuti oleh “debu halus".

Debu itu disebut bisa menempel dan merusak pakaian dan sistem kendaraan luar angkasa dengan sangat cepat.

Peggy Whitson, astronaut yang tingal di luar angkasa selama 665 hari, sempat mengatakan kepada bahwa misi Apollo memiliki banyak masalah dengan debu.

“Jika berencana menghabiskan waktu yang lama dan membangun habitat di bulan, kita harus mengetahui bagaimana cara mengatasi debu bulan tersebut,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com