AALST, KOMPAS.com - Seorang wanita 90 tahun meninggal karena terinfeksi Covid-19 dengan varian Alpha dan Beta dalam waktu bersamaan.
Lansia tersebut tinggal seorang diri dan tanpa menerima vaksin Covid-19, dirawat di Rumah Sakit OLV di kota Aalst, Belgia, setelah dinyatakan positif Covid-19.
Kadar oksigen wanita tersebut baik pada awalnya, tapi kondisinya memburuk dengan cepat hingga dia meninggal 5 hari setelah didiagnosis.
Baca juga: Vaksin Sinovac Kurang Efektif Lawan Covid-19 Varian Gamma di Brasil
Ketika staf medis menguji varian Covid-19 dalam tubuhnya, mereka menemukan bahwa dia membawa varian Alpha, yang berasal dari Inggris, dan varian Beta yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
"Kedua varian ini beredar di Belgia pada saat itu, jadi kemungkinan wanita itu terinfeksi virus yang berbeda dari 2 orang yang berbeda," kata ahli biologi molekuler Anne Vankeerberghen dari Rumah Sakit OLV yang memimpin penelitian.
"Sayangnya, kita tidak tahu bagaimana dia terinfeksi," imbuh Vankeerberghen.
Baca juga: Studi Israel: Vaksin Pfizer Hanya 64 Persen Efektif terhadap Varian Delta
Melansir AFP pada Minggu (11/7/2021) Vankeerberghen, sulit untuk mengatakan apakah koinfeksi berperan dalam penurunan cepat pasien Covid-19.
Sementara Vankeerberghen mengatakan dalam siaran pers bahwa "tidak ada kasus lain yang dipublikasikan" dari koinfeksi serupa. Dia menambahkan bahwa "fenomena itu mungkin diremehkan".
Baca juga: Varian Delta Masih Mengintai, Sydney Perpanjang Lockdown
Menurutnya, pengujian varian Covid-19 masih terbatas, sehingga menyerukan peningkatan penggunaan pengujian PCR dengan cepat untuk mendeteksi mutasi varian untuk diketahui.
Pada Januari, para ilmuwan di Brasil melaporkan bahwa 2 orang telah terinfeksi secara bersamaan dengan 2 jenis Covid-19 yang berbeda, tetapi penelitian tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Baca juga: Korea Selatan Akui Covid-19 Varian Delta Menyebar Sangat Cepat
Lawrence Young, seorang ahli virologi dan Profesor Onkologi Molekuler di Universitas Warwick, mengatakan tidak mengejutkan menemukan seseorang yang terinfeksi lebih dari satu varian Covid-19.
"Studi ini menyoroti perlunya lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah infeksi dengan berbagai varian memengaruhi perjalanan klinis Covid-19 dan apakah ini membahayakan kemanjuran vaksinasi," tambahnya.
Baca juga: Euro 2020 Berisiko Jadi Penyebar Super Varian Baru Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.