KOMPAS.com - "Peringatan terakhir" pada secarik kertas disampaikan kepada saya pada musim dingin di Kabul, pada puncak konflik Perang Dingin akhir 1980an.
"Saya menyarankan Anda untuk meninggalkan Afghanistan tanpa penundaan, saat penerbangan normal masih tersedia," saran Kuasa Usaha Kedutaan Besar Inggris.
Sebelas hari kemudian, pada tanggal 30 Januari 1989 yang bersalju, kami menyaksikan Kuasa Usaha Kedubes AS di Kabul dengan sungguh-sungguh menurunkan bendera Amerika dalam sebuah upacara sederhana yang sarat dengan makna politik.
Baca juga: Terkait Covid-19, UEA Larang Pelancong dari Indonesia dan Afghanistan Masuk
Pasukan Uni Soviet terakhir ditarik keluar dalam kurun beberapa minggu, mengakhiri keterlibatannya yang menghancurkan di Afghanistan selama satu dekade.
Eksodus kantor perwakilan diplomatik negara-negara Barat itu dimaksudkan untuk mengguncang pemerintah yang didukung Moskwa.
Inggris juga menutup gerbang di kompleks bangunan putihnya yang megah, yang pernah dipuji sebagai yang terbaik di Asia.
"Para menteri Inggris merasa bahwa mereka tidak punya pilihan selain mengikutinya, meskipun staf kedutaan kami ingin tetap tinggal dan melanjutkan pekerjaan," kenang , mantan duta besar Inggris untuk Afghanistan yang saat itu menjadi staf kantor luar negeri Inggris, yang fokus pada masalah Afghanistan.
Baik Washington maupun London berjanji akan segera kembali, tetapi hal itu tak terjadi sampai invasi pimpinan AS pada 2001 menggulingkan Taliban.
Baca juga: Tentara AS Pergi, Afghanistan Minta Bantuan Rusia, China, dan India
Sekarang, hampir 20 tahun berlalu sejak misi militer NATO berakhir dengan keluarnya pasukan asing, pertanyaan untuk tetap tinggal atau pergi kembali menjadi agenda utama para utusan asing di Afghanistan.
"Kami benar-benar tidak ingin mengirim sinyal serupa sekarang dengan menutup kedutaan kami, kecuali ada alasan keamanan yang luar biasa untuk melakukannya," tegas Evans.
Tetapi langkah penarikan pasukan yang dipimpin AS, yang lebih cepat dari yang diharapkan, jatuhnya wilayah ke Taliban dengan kecepatan dan skala yang mengejutkan, belum lagi ketakutan akan varian Covid-19 yang sangat menular, telah membuat pukulan besar yang tidak dapat diprediksi.
Rencana evakuasi terus diperbarui, jumlah staf diplomatik terus dikurangi - didorong oleh Covid-19 dan risiko keamanan. Ada juga hari-hari tenang.
"Yang penting saat ini adalah keamanan," keluh seorang diplomat Eropa.
Baca juga: Pentagon Akui Situasi Keamanan Afghanistan Memburuk Ketika Pasukan AS Mulai Ditarik
"Selama beberapa bulan terakhir di Kabul, kami semua telah mendiskusikan keamanan karena kami telah lama di sini dan kami ingin tetap di sini."
Diplomat Belgia itu terakhir mengucapkan kata perpisahan minggu ini dan pihak Australia angkat kaki pada Mei.