Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afghanistan Dalam Bayang-bayang Taliban, Kejadian 1989 Bisa Terulang

Kompas.com - 10/07/2021, 22:53 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - "Peringatan terakhir" pada secarik kertas disampaikan kepada saya pada musim dingin di Kabul, pada puncak konflik Perang Dingin akhir 1980an.

"Saya menyarankan Anda untuk meninggalkan Afghanistan tanpa penundaan, saat penerbangan normal masih tersedia," saran Kuasa Usaha Kedutaan Besar Inggris.

Sebelas hari kemudian, pada tanggal 30 Januari 1989 yang bersalju, kami menyaksikan Kuasa Usaha Kedubes AS di Kabul dengan sungguh-sungguh menurunkan bendera Amerika dalam sebuah upacara sederhana yang sarat dengan makna politik.

Baca juga: Terkait Covid-19, UEA Larang Pelancong dari Indonesia dan Afghanistan Masuk

Pasukan Uni Soviet terakhir ditarik keluar dalam kurun beberapa minggu, mengakhiri keterlibatannya yang menghancurkan di Afghanistan selama satu dekade.

Eksodus kantor perwakilan diplomatik negara-negara Barat itu dimaksudkan untuk mengguncang pemerintah yang didukung Moskwa.

Inggris juga menutup gerbang di kompleks bangunan putihnya yang megah, yang pernah dipuji sebagai yang terbaik di Asia.

"Para menteri Inggris merasa bahwa mereka tidak punya pilihan selain mengikutinya, meskipun staf kedutaan kami ingin tetap tinggal dan melanjutkan pekerjaan," kenang , mantan duta besar Inggris untuk Afghanistan yang saat itu menjadi staf kantor luar negeri Inggris, yang fokus pada masalah Afghanistan.

Baik Washington maupun London berjanji akan segera kembali, tetapi hal itu tak terjadi sampai invasi pimpinan AS pada 2001 menggulingkan Taliban.

Baca juga: Tentara AS Pergi, Afghanistan Minta Bantuan Rusia, China, dan India

Sekarang, hampir 20 tahun berlalu sejak misi militer NATO berakhir dengan keluarnya pasukan asing, pertanyaan untuk tetap tinggal atau pergi kembali menjadi agenda utama para utusan asing di Afghanistan.

"Kami benar-benar tidak ingin mengirim sinyal serupa sekarang dengan menutup kedutaan kami, kecuali ada alasan keamanan yang luar biasa untuk melakukannya," tegas Evans.

Tetapi langkah penarikan pasukan yang dipimpin AS, yang lebih cepat dari yang diharapkan, jatuhnya wilayah ke Taliban dengan kecepatan dan skala yang mengejutkan, belum lagi ketakutan akan varian Covid-19 yang sangat menular, telah membuat pukulan besar yang tidak dapat diprediksi.

Rencana evakuasi terus diperbarui, jumlah staf diplomatik terus dikurangi - didorong oleh Covid-19 dan risiko keamanan. Ada juga hari-hari tenang.

"Yang penting saat ini adalah keamanan," keluh seorang diplomat Eropa.

Baca juga: Pentagon Akui Situasi Keamanan Afghanistan Memburuk Ketika Pasukan AS Mulai Ditarik

"Selama beberapa bulan terakhir di Kabul, kami semua telah mendiskusikan keamanan karena kami telah lama di sini dan kami ingin tetap di sini."

Diplomat Belgia itu terakhir mengucapkan kata perpisahan minggu ini dan pihak Australia angkat kaki pada Mei.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal Usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com