KUNDUZ, KOMPAS.com - Tentara Afghanistan mengisahkan bagaimana mereka ditinggal komandan kabur, dan membawa rekan mereka yang terluka saat diserang Taliban.
Mereka adalah bagian dari 1.000 prajurit yang melarikan diri ke Tajikistan, setelah pemberontak merebut Shir Khan Bandar pada akhir Juni.
Pengakuan mereka muncul sepekan setelah direpatriasi, dan terjadi saat pemberontak mengeklaim sudah merebut 85 persen wilayah Afghanistan.
Baca juga: Taliban Klaim Kuasai 85 Persen Wilayah Afghanistan
Taliban mulai melancarkan gempuran saat AS dan sekutunya mulai menarik pasukan mereka pada awal Mei.
Seharusnya di tengah proses penarikan militer Barat, pemberontak dan pemerintah Afghanistan membahas peta masa depan negara.
Tetapi, diskusi tersebut tertahan selama berbulan-bulan, dengan pemberontak kini di ambang kemenangan.
Semakin bertambahnya daerah yang direbut pemberontak membuat militer pemerintah di ujung tanduk, tanpa mendapat sokongan serangan udara AS dan sekutunya.
Mehrullah adalah bagian dari batalion yang bertugas melindungi pos Kunduz, yang berbatasan dengan Tajikistan.
"Posisi kami di Shir Khan Bandar terkepung selama sepekan, dengan rute suplai kami terputus," paparnya dilansir AFP Sabtu (10/7/2021).
Baca juga: Video Taliban Kuasai Rute Perbatasan Penting Afghanistan-Iran
Tentara berusia 27 tahun itu mengungkapkan, beberapa komandan mereka diketahui sudah kabur. Membuat anak buahnya mau tak mau harus mengikuti.
Mehrullah menceritakan, situasi yang carut marut itu disebabkan kurangnya komunikasi antara komando pusat dengan unit lapangan.
"Jika ada koordinasi antara pusat dan para pemimpin Kunduz, kami tentu bisa menghadapi Taliban daripada mundur," keluhnya.
Mehrullah menerangkan dia berharap mereka tidak meninggalkan posnya. Namun, mereka tak punya pilihan melihat pimpinan mereka kabur.
Ainuddin, prajurit lainnya mengisahkan bagaimana mereka harus membawa rekan yang terluka untuk menyelamatkan diri ke Tajikistan.
Baca juga: Taliban Kuasai Dua Pertiga Wilayah Perbatasan Afghanistan-Tajikistan
Otoritas Tajikistan sendiri menyatakan, mereka mencatat ada 1.37 serdadu pemerintah yang masuk ke negara mereka.