Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KISAH MISTERI: Pos Jaga The Rock, Makam yang Terlupakan di Medan Perang Afghanistan

Kompas.com - 09/07/2021, 04:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

 

KOMPAS.com - Observation Post Rock (OP Rock) atau yang dikenal sebagai Pos Jaga The Rock di Afghanistan, sekilas tampak seperti tempat perlindungan sempurna bagi pasukan NATO dalam misinya di Timur Tengah melawan Taliban.

Situs itu adalah pos terdepan yang sepi dengan sekitar 20 meter ruang terbuka di sekitarnya. Letaknya beberapa ratus meter di tenggara Pangkalan Patroli Hassan Abad.

Di situ terdapat reruntuhan batu dengan gundukan tanah setinggi 9 meter, dilengkapi menara dan celah untuk senjata.

Pasukan NATO merebut tempat itu dari Taliban pada 2008 setelah meratakan sebagian lokasi itu dengan rudal.

Selanjutnya pos pengamatan terdepan yang terisolasi itu secara bergantian dijaga oleh kontingen kecil pasukan anggota NATO.

Baca juga: Tentara AS Tinggalkan Pangkalan Bagram di Afghanistan, Taliban Gembira

Namun jauh dari pandangan kasat mata soal lokasinya yang strategis, lokasi itu punya reputasi yang aneh.

Pasukan Amerika Serikat (AS) secara luas menyebutnya sebagai "Titik Pengamatan Berhantu".

Kisah aneh yang mereka alami secara luas dibagikan kepada publik, bahkan didokumentasikan pada 2015.

Saluran televisi Syfy dalam seri "Paranormal Witness: True Terror" dengan judul "Beneath The Rock", mengukap cerita langsung dari marinir yang betugas di situ.

Peringatan awal

Sersan Green dan pasukan Marinir AS-nya mengaku tidak dapat melupakan semua yang mereka alami selama bertugas di The Rock, Afghanistan pada 2009.

Saat mereka tiba di lokasi itu, pasukan Inggris yang mereka gantikan telah siap untuk pergi dan bergegas keluar.

Awalnya tim AS, tidak mencium gelagat aneh dari hal itu. Wajar menurut mereka, jika prajurit selalu menantikan waktu untuk pulang.

Sebelum orang Inggris pergi, Komandan pasukan itu memberi mereka satu peringatan.

“Jangan melakukan penggalian apa pun dan jika mereka melakukannya… letakkan apa pun yang Anda gali kembali tepat di tempat Anda menemukannya.”

Marinir AS awalnya menganggap peringatan itu sebagai “permainan” orang Inggris kepada “penghuni” baru pos itu.

Tetapi tak perlu waktu lama untuk mereka  memahami mengapa tim sebelumnya begitu ingin pergi, dan apa maksud dari peringatan yang diberikan.

Baca juga: Taliban Ancam Pasukan Asing yang Tak Hengkang dari Afghanistan Sesuai Kesepakatan

Tulang belulang

Di malam pertama, Kopral Lena, komandan kedua marinir AS dalam tugas jaga malam mendengar suara-suara aneh dari radio pos pengamatan.

Dia memeriksa ke basis komando utama untuk memastikan apakah mereka mengirimkan pesan. Tapi pusat komando mengaku tidak melakukan pergerakan apapun.

Dia mengambil baterai baru untuk radio dan berharap itu menyelesaikan masalah dan mengabaikan “gangguan” itu.

Hari berikutnya, Kopral Lena berpikir bahwa parit-parit disekitar pos jaga tidak digali cukup dalam. Seolah-olah tidak mendengar peringatan pasukan Inggris, dia pun memerintahkan pasukan segera bekerja.

Saat Lena menggali, dia menabrak logam seperti pasak. Setelah mengusapnya, dia melihat tulisan Rusia di atasnya.

Pada 1980-an, Rusia (Soviet saat itu) memang pernah berada di Afghanistan. Jadi menemukan beberapa perlengkapan Rusia yang tersisa berserakan di sekitar singkapan militer, tidak begitu mengejutkan baginya.

Tapi mereka terus menemukan "masalah" setiap melakukan penggalian. Setelah beberapa jam, tim menemukan lebih banyak obyek dari tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com