KOMPAS.com - Bila pikun adalah ketidakmampuan otak menjangkau ingatan, ada pula sindrom yang jadi kebalikannya.
Dikenal sebagai hyperthymesia atau sindrom mengingat superior, kondisi ini adalah antitesa dari pikun.
Sering disebut sebagai Highly Superior Autobiographical Memory (HSAM), pengidap hyperthymesia bisa mengingat secara rinci semua detail dari segala yang dialaminya di masa lampau.
Karena itu, pengidapnya sering dijuluki manusia dengan ingatan autobiografi super.
Baca juga: Pandemi Bikin Daya Ingat Menurun, Termasuk pada Orang dengan Ingatan Super
Studi “A Cognitive Assessment of Highly Superior Autobiographical Memory” yang ditampilkan dalam jurnal "Memory" tahun 2017, menjelaskan dengan rinci sindrom ini.
Seseorang dengan hyperthymesia punya kemampuan akurat dalam mengingat setiap peristiwa dalam kehidupan mereka.
Sekali lagi, benar-benar akurat.
Mereka bisa mengingat muka kasir minimarket tempat mereka membeli snack di usia lima tahun. Atau mengingat detail kejadian tak penting seperti mandi, percakapan basa-basi, atau ucapan serta mimik pembawa berita di televisi yang ditontonnya pada usia tujuh setengah tahun.
Hyperthymesia fokus pada memori autobiografi, alias mengingat informasi mengenai diri mereka lewat pengalaman di masa lalu.
Di dunia ini, tak banyak orang yang terberkahi (atau merasa dikutuk?) karena mengidap sindrom ini.
Sejauh ini, hanya ada 61 orang yang teridentifikasi hyperthymesia. Ibarat roll film yang terus berputar, ingatan mereka terus menjelajah masa lalu tanpa henti. Detik demi detik, detail demi detail.
Baca juga: Manusia Super, Mungkinkah Ada di Dunia Nyata?
Hyperthymesia pertama kali terungkap pada awal tahun 2000-an.
Saat itu, seorang bernama Jill Price, mengirim email pada ahli saraf bernama James McGaugh.
Isinya sederhana saja. Jill mengklaim bahwa dirinya mengingat setiap hari dalam hidupnya, sejak usia 12 tahun.
Di situlah sindrom ini mulai menunjukkan titik terangnya. Jill yang bisa mengingat dengan detail semua peristiwa masa lalunya, jadi pengidap pertama hyperthymesia yang diidentifikasi.
Meski begitu, hal yang baru dia lakukan terkadang terlupakan begitu saja--seperti manusia normal. Namun ingatan itu muncul kembali beberapa waktu kemudian.
Baca juga: Benarkah CR7 Manusia Super?
Dari sudut pandang biologis, para peneliti menduga hyperthymesia terjadi karena adanya peningkatan aktivitas di daerah lobus parietal superior dan inferior.
Tapi dari sisi psikologis, hyperthymesia diduga terjadi ketika seseorang memikirkan pengalaman mereka sebelumnya--bedanya, yang ini bersifat obsesif.
Karena itulah, kondisi langka ini lebih rentan untuk menyerap informasi, berkhayal, dan punya obsesi dengan masa lalu.
Baca juga: 5 Mutasi Gen yang Bisa Jadikan Kita Manusia Super
Tentu saja, hal ini akan amat sangat menyenangkan kalau hanya kenangan baik yang diingat secara detail, seperti ciuman pertama di bangku sekolah, atau detail adegan saat menatap mata lawan jenis saat remaja--beserta momen "slow motion-nya".
Tapi, berbagai pengalaman depresif nan pilu nyatanya juga terekam di ingatan penderita syndrom ini.
Pengalaman putus cinta akan sangat menyakitkan, karena seolah terus membayang di ingatan--padahal manusia normal berusaha untuk melupakannya dan memilih melanjutkan hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.