Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Juni dalam Sejarah: Inggris Resmi Serahkan Hong Kong ke China

Kompas.com - 30/06/2021, 14:04 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Lebih dari seabad Inggris menguasai kawasan Hong Kong, tepatnya 157 tahun.

Cengkraman Britania Raya berawal dari akuisisi Pulau Hong Kong dari China pada 1842. Tepatnya, saat Perang Opium pertama antara Inggris lawan China yang terjadi pada 1839-1842 berakhir.

Perang ini dimenangkan Inggris, yang membuat China terpaksa menandatangani Perjanjian Nanking, di mana China harus menyerahkan Hong Kong.

Baca juga: Perang Opium yang Memaksa China Memasuki Era Modern

Saat komunis mengambil alih kekuasaan China pada 1949, Hong Kong yang saat itu masih dikuasai Inggris, menjadi tempat perlindungan bagi ratusan ribu pengungsi. Para pengungsi berpaham nasionalis ini, melarikan diri dari pemerintahan komunis China.

Tapi berpuluh-puluh tahun berikutnya, pemerintah Negeri China bersikeras bahwa penjanjian yang memberi kedaulatan Inggris atas Hong Kong tidak sah.

Hal ini pun semakin memperparah kerja sama China dan Inggris. Periode transisi juga kian memburuk pasca-penunjukan Chris Patten pada 1992, sebagai gubernur kolonial Hong Kong.

Baca juga: Resmi Ditutup, Koran Pro-Demokrasi Hong Kong Edisi Terakhir Laku Keras

Reformasi Hong Kong yang diinisiasi Patten, memicu reaksi keras dari China, yang menyebutnya mengkhianati Perjanjian London. Reformasi politik yang dilakukan Patten memang memberikan rakyat Hong Kong suara lebih besar dalam pemerintahan lewat pemilihan demokratis untuk Dewan Legislatif (LegCo).

Padahal, Inggris sebelumnya berjanji mengelola transisi itu sebagai latihan dan Hong Kong tidak boleh memiliki suara sendiri. Ketika Partai Demokrat Hong Kong yang dipimpin pengacara Martin Lee mengalahkan politisi pro-Beijing dalam pemilihan LegCo 1995, Beijing mulai menyusun langkah taktis.

Patten dikecam. Strategi disusun ulang. Pengaruh China atas Hong Kong makin diperkuat.

Akhirnya, LegCo yang dirintis Patten dibubarkan pada 24 Maret 1996 oleh Komite Persiapan yang beranggotakan 150 orang.

Komite yang dibentuk untuk mengawasi penyerahan Hong Kong ke China itu, kemudian memasang badan legislatif sementara setelah Hong Kong kembali ke kedaulatan China. Pada Desember 1996, komite pemilihan khusus yang didukung China memilih 60 anggota badan legislatif sementara.

Beberapa hari kemudian, mereka memilih Tung Chee-hwa sebagai pemimpin eksekutif pertama Hong Kong Special Administrative Region (HKSAR).

Baca juga: Hong Kong Mulai Sensor Film yang “Membahayakan Keamanan Nasional” Menurut UU Baru

Pada 30 Juni tengah malam hingga 1 Juli 1997, terjadi upacara serah terima Hong Kong dari Inggris ke China. Serah terima ini menandakan berakhirnya 156 tahun kekuasaan Inggris di wilayah itu.

Usai resmi dikembalikan ke China, HKSAR resmi berada di bawah bendera Republik Rakyat China.

Menurut perjanjiannya, HKSAR di bawah pemerintahan China akan memiliki otonomi tingkat tinggi, kecuali dalam hal hubungan internasional dan pertahanan. Sistem sosial, perekonomian, dan gaya hidup di Hong Kong dijanjikan tidak berubah selama 50 tahun sejak 1997. Artinya, perjanjian ini berlaku sampai 2047.

Baca juga: Menuju Akhir Era Koran Pro-Demokrasi Hong Kong

Upacara penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China dihadiri sejumlah pejabat tinggi dari seluruh dunia.

Di antaranya Presiden China Jiang Zemin dan PM China Li Peng, PM Inggris Tony Blair, Pangeran Charles, dan Menlu AS Madeleine Albright.

Presiden Jiang, saat itu meyakinkan penduduk bahwa China akan melaksanakan rencana "Satu Negara Dua Sistem" untuk sistem pemerintahan Hong Kong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com