BEIJING, KOMPAS.com - Sebuah “armada hantu” Iran dari tanker penghancur sanksi yang membawa minyak pasar gelap ke China mendanai program nuklir rahasia Iran, menurut laporan The Mail on Sunday.
Negara itu hampir menggandakan armadanya, yang berlayar di bawah bendera negara lain, menjadi 123 kapal pada tahun lalu.
Baca juga: Iran Punya Presiden Baru, PM Israel: Kans Terakhir Bahas Kesepakatan Nuklir
Tanker itu membiarkan China menyelundupkan hingga satu juta barel minyak per hari, atau dua pertiga dari penggunaan harian Inggris.
Pakar intelijen memperingatkan bahwa armada yang diperluas menunjukkan Iran meningkatkan pengembangan kemampuan nuklirnya, meskipun ada pembatasan internasional.
Adapun negara itu minggu lalu telah mengumumkan bahwa hakim garis keras, Ebrahim Raisi, akan menjabat sebagai presidennya.
Armada tersebut menggunakan serangkaian teknik untuk menghindari sanksi saat berlayar di dunia dengan kargo ilegal.
Caranya termasuk mendaftarkan kapal di negara-negara kecil, yang tidak memiliki kemampuan untuk memantau kapal tanker yang mengibarkan bendera mereka.
Kapal Iran juga melakukan “spoofing,” yaitu memanipulasi GPS yang melaporkan posisi kapal, sehingga tampaknya berada di tempat lain ketika berlabuh tanpa terdeteksi di area terlarang.
Citra satelit yang diberikan kepada The Mail on Sunday menunjukkan kapal-kapal di armada ilegal yang diduga melakukan spoofing bulan lalu, dan yang lainnya melakukan perjalanan untuk memuat minyak ke kapal-kapal China di Laut China Selatan.
Baca juga: Hezbollah Sebut Presiden Terpilih Iran Ebrahim Raisi sebagai Pelindung
Sanksi AS ke Iran melarang negara Timur Tengah menjual minyak ke luar negeri. Ini dirancang untuk menghentikan Iran membiayai terorisme internasional, dan pengembangan program nuklir Iran.
Daily Mail pada Sabtu (19/6/2021) melaporkan bahwa China telah mencemooh larangan tersebut.
“Negeri Tirai Bambu” dituding meningkatkan transaksi rahasianya di laut selama enam bulan terakhir, untuk membantu membiayai program nuklir Iran, menurut United Against Nuclear Iran (UANI), sebuah kelompok nirlaba internasional yang dipimpin oleh mantan duta besar AS untuk PBB, Mark Wallace.
Kelompok tersebut menggunakan citra satelit dan pelacakan sepanjang waktu untuk memantau perdagangan gelap.
China dilaporkan membeli rata-rata 700.000 barel minyak ilegal Iran per hari hingga April. Jumlahnya memuncak hingga satu juta barel, dan menjadikannya pelanggan utama Teheran.
Armada hantu Iran membawa 18 juta barel, dan saat ini diperkirakan berada di Laut Cina Selatan.
Antara Februari dan Mei, UANI berhasil mengajukan permohonan agar bendera untuk tujuh kapal dalam “armada hantu” Iran di cabut. Itu terjadi setelah UANI memperingatkan otoritas nasional dan perusahaan asuransi.
Armada tersebut dapat mengangkut hampir 100 juta barel minyak mentah, atau bahan bakar minyak. Dan hampir 12 juta barel bahan bakar gas cair, senilai total 5,5 miliar poundsterling (Rp 110 triliun).
“Armada hantu” Iran disebut juga mencakup 20 supertanker, yang mampu membawa lebih dari dua juta barel minyak.
Baca juga: Alasan Presiden Terpilih Iran Ebrahim Raisi Disebut Sang Jagal oleh Barat
Negara lain yang membeli dari Iran termasuk Suriah dan Uni Emirat Arab.
Penasihat senior UANI Sir Ivor Roberts, mengatakan bahwa jika hanya seperenam dari kapal tanker armada yang lolos dari deteksi dan menyelesaikan pengiriman setiap minggu, Iran akan mengekspor 2,4 juta barel per hari.
Jumlah itu sudah 300.000 lebih banyak dari ekspor minyak Iran sebelum sanksi diberlakukan kembali pada 2018.
“Volume minyak pasar gelap yang dibeli China dari Iran sangat mengejutkan,” kata pria yang juga mantan Kepala Kontra-terorisme Kantor Luar Negeri AS itu.
Menurutnya, penjualan armada hantu Iran memberi rezim di Teheran mata uang asing yang dibutuhkan untuk membangun cadangannya, meningkatkan program nuklirnya dalam menghadapi sanksi internasional dan mengejar agenda sponsor terornya di luar negeri.
“Aliansi bayangan ini merupakan tantangan bagi Barat dan... memiliki implikasi yang berpotensi besar bagi keamanan kita.”
Iran dan China tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Baca juga: Israel Peringatkan Masyarakat Internasional Presiden Baru Iran Berbahaya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.